9.26.2008

Muallaf dari Tator

Ahad, 21 september adalah hari yang begitu berharga bagiku. Hari dimana aku bisa belajar banyak dari anak-anak panti asuhan. memoar ini akan terus kuingat. Aku bertemu dengan anak yang membuat air mataku hampir menyeruak. Setelah mendengar tentangnya, hatiku merasa sangat sedih. Dan sisi kemanusiaanku terpanggil untuk mengetahui tentang anak itu lebih banyak.

Namanya Lidya Octavia. Aku mengenalnya saat anjangsana FLP Unhas ke Panti Asuhan cendikia, Antang. Saat itu dia terpilih menjadi juara tiga dalam lomba menulis yang diadakan sebagai pelengkap acara. Dia baru kelas tiga SD. Aku tertarik mengenalnya lebih jauh. Bagiku tulisannya tidak terlalu menarik tapi yang membuatku kagum adalah, dia bisa menghayati tulisannya sampai-sampai dia menangis saat membacanya. Bukan hanya dia yang menangis, ada beberapa akhwat yang saat itu ikut menitikkan air mata. Begitu mengharukan, semua yang mendengarnya terdiam. Hening…! Hanya suara tangis lidya yang terdengar.

Lidya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Saat ini dia masih kelas tiga SD, adik-adiknya yang juga tinggal di panti itu belum duduk di bangku sekolah. Dewi, adiknya baru berumur lima tahun, sedangkan yang paling bungsu, namanya Mey baru berumur dua tahun. Dan ternyata mereka ini anak yatim asal Tator. Dan yang mengejutkan buatku, mereka dulunya beragama nasrani. Walaupun sebenarnya mereka belum pantas menyandang title umat nasrani karena mereka belum berusia baligh. Saat ayah mereka meninggal, tante lidya membawa keponakan-keponaknnya ke Makassar lalu dimasukkan ke panti itu.

Hari itu aku belajar banyak dari anak panti. Bukan hanya dari Lidya, Dewi dan juga Mey tapi mereka semua menjadi murabbiku saat itu. Semoga ada waktu untuk bertemu kembali.

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template