Jiwa…kaki sudah letih untuk melangkah. Seiring dengan banyaknya onak yang ditempuhi.
Jiwa…sudah banyak air mata yang tumpah, di balik senyum yang merekah ada luka yang terpendam
Jiwa…tidakkah cukup perasaan yang dikorbankan untuk menyenangkan saudara yang lain?
Jiwa… aku yang lemah, jiwa… aku yang sering khilaf, jiwa… aku yang gersang dari hidayah
Jiwa… aku yang tak mampu mengecap manisnya iman, jiwa… aku yang tak mampu merasakan nikmatnya perjuangan. Jiwa…aku yang kalah oleh nafsu, jiwa… aku yang jahil.
Semua keluh datang mengadu padaku. Menyambar telingaku dan meminta pendapat. Keluh dan kesah sahabat menyeruak kini di pikiranku. Siapakah aku? Kenapa mengadu padaku? Aku pun punya masalah, aku pun punya keluh yang menggunung. Akupun resah sepertimu. Tapi aku tidak sepertimu, aku bukan sepertimu, dan selamanya bukan sepertimu.
Aku tak pandai mengadu, karena aku tak percaya siapa-siapa. Tidak percaya atau memang malu untuk sekadar mengukir kesah pada saudara se iman? Aku tak tahu pasti. Biarkan aku mengadu pada Rabbku, biarkan aku menangisi semua kegagalan dan kekhilafan yang telah kuperbuat. Sekalian kutitip masalahmu padaNya untuk mendapat secercah solusi.
Salahkah bila hati lelah? Bukan salah tapi kamu belum pantas untuk lelah, apa yang kamu alami bukanlah apa-apa. Tak secuil pun berarti. Syurga begitu mahal, tak sebanding dengan penderitaan yang kamu alami. Apalagi penderitaan yang hanya karena sifat cengeng seorang hamba. Tidakkah cukup Rasulullah menjadi contoh? Penderitaan yang bertubi seperti mematahkan tulang rusuk, namun beliau tetap berdiri gagah, kokoh dan tak pernah menngeluh.
Sahabat…aku pinta dengan kerendahan hati, agar kiranya kamu mau menceritakan kesahku pada kekasihmu. Do’a yang ikhlas dan dukungan untuk terus melangkah di jalan dakwah.
3.16.2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar