3.15.2009

Umar Berbicara Padamu

Bercerita tentang kepedulian dan kesahajaan!

Dia melangkah menembus pekatnya malam, dinginpun mencabik kulitnya namun sang khalifah tak peduli. Keinginan untuk melihat secara langsung keadaan rakyatnya mengalahkan semuanya. Rasa takutnya kepada Sang Khaliq membuat langkahnya ringan, harusnya malam begini dia sudah beristirahat di rumah bersama keluarganya.
Tubuhnya gemetar ketika mendengar tangisan anak kecil yang mengadu pada ibunya, anak kecil yang menangis karena lapar. Tangisan itu membelah pekatnya malam dan sangat mengiris hati. Umar terdiam, hatinya memberontak merasa dirinya zalim kepada rakyatnya. Mulutnya mengalunkan istigfar yang tiada henti.
Dan pun ketika dia melihat langsung keadaan keluarga ibu dengan dua anak tersebut, hatinya kian menjerit. Sang ibu hanya memasak batu untuk menggembirakakn anaknya. Dengan harapan anaknya segera tertidur dalam penantian. Di tengah kemewahan rakyat ternyata masih ada yang menderita seperti ini. dan lagi, ketika sang ibu mengatakan semuanya ini terjadi karena Umar, Umar sebagai khalifah tidak memperhatikan rakyatnya, Umar yang sebagai khalifah pastilah sedang beristirahat di rumahnya sedang ada rakyatnya yang menangis kelaparan. Ibu terus mengadu pada laki-laki di depannya tentang pemerintahan khalifah Umar tanpa tahu bahwa yang berdiri di depannya adalah sang khalifah. Khalifah yang dia anggap sedang beristirahat di rumahnya tanpa tahu nasib rakyatnya. Tapi ajaib, Umar yang dikenal tegas dan keras tidak membalas pengaduan ibu itu, walaupun pengaduan itu ditujukan untuknya. Untuk Umar yang tak pernah peduli, mungkin begitulah kata si Ibu.
Umar diliputi rasa bersalah, tubuhnya gemetar menyadari kesalahan telah mezalimi rakyatnya. Walaupun kesalahan itu tidak pernah disangka, karena Umar sebenarnya tiap malam mengutus orangnya untuk melihat kondisi rakyat. Tubuhnya makin gemetar mendengar dan melihat anak kecil yang meraung di depannya. Dan Umar pun bertindak!
Sang khalifah itu tahu apa yang akan ia lakukan. Dirinya bergegas ke gudang gandum dan mengambil makanan untuk keluarga sang ibu. Umar memikulnya sendiri ke rumah tersebut bahkan Umar sendirilah yang memasaknya. Ajaib! Di balik ketegasan umar ada mutiara yang berkilau, di balik ketegasan Umar ada hati yang begitu lembut, di balik ketegasan itu terdapat hati nyang begitu penyayang.
lewat kejadian yang amat menakjubkan ini, Umar bercerita pada kalian wahai penguasa! Bercerita tentang kepedulian kepada rakyat, kepedulian yang bukan hanya menjadi komoditas politik untuk pemilu. Dia adalah sebuah rasa tanggung jawab, dia adalah sebuah keikhlasan. Maka sungguh miris hati mendengarnya ketika ada orang yang mati kelaparan. Dimana engkau wahai penguasa? Tidakkah cukup Umar yang bercerita padamu? Ketika pun ada orang yang tak makan dalam sehari karena kemiskinan yang sangat membelit, dimana janjimu pemerintah? Janji yang akan mensejahterakan rakyat. Dan juga ketika engkau merespon dengan dingin kejadian seperti itu, dingin sekali exspresimu mendengar si fulan meninggal karena kelaparan. Cuek sekali pembawaanmu ketika menyadari banyak rakyatmu yang menderita kemiskinan yang sangat membelit. Di Wajahmu tak nampak sebuah kesalahan, di wajahmu tak nampak sebuah tanggung jawab. Bahkan dirimu menganggap kejadian seperti itu hanya sebuah serangan politik untuk mencoreng citramu. Naudzubillah!
Masihkah kamu bermegah-megahan dikala rakyatmu makan pun tak mampu? PR untuk SBY-JK yang harus diselesaikan sebelum masa jabatannya berakhir. Dan buat kaum muslimin yang selama ini cuek terhadap nasib sesama. Buka hati, mata dan telingamu, dan tunjukkan dengan sikapmu. Dan juga buat kaum muslimin yang selama ini peduli, untuk tetap meningkatkan kepeduliannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template