Bayu adalah anak tetangga sebelah, dia mulai akrab dengan mahasiswa Al Azhar ketika Wandi yang murah senyum sering menyapanya. Anak ini termasuk idiot, keterbelakangan mental. Walaupun umurnya sudah sepuluh tahun, namun gayanya masih seperti anak lima tahunan.
Badannya gembrot, dan giginya menyeramkan, runcing dan hitam. Sering memakai topi bertelinga untuk melindungi kepalanya yang plontos dari terik matahari.
Kunjungan pertama Bayu sangat berkesan buat Mastur dan Zaki. Mereka asyik bercanda ria dengan Bayu. Dan memperlakukannya bak raja. Mau minum diambilkan, makan disedian, mau pipis diantar ke WC, mau tidur disediakan bantal dan kasur, walaupun sebenarnya kasur itu bukan milik Zaki dan Mastur, tapi milik Dede. Kali ini mereka merampas kasur empuk Dede buat seorang bocah gendut. Dede tak rela, tak sudi! Mukanya yang memang sering menampakkan wajah seram kini berbulu, giginya yang terbungkus bibir tipis nongol. Itu menandakan Dede marah, dan siap menggigit lawannya.
“ Kamu kenapa sih?! Itu kasurku, saya mau tidur siang.” Bentak Dede ketika memergoki Mastur sedang mengangkat kasurnya.
“ Ye alehhh…Dede! Kok pelit amat. Ini buat tamu kita, kita kan harus memuliakan tamu De.”
“ Tapi saya mau tidur! Ga urus! Apalagi anak itu merepotkan.” Dede tak mau kalah, begitulah laki-laki kelahiran mesir ini. Cepat panas!
“ Pelit! ” Gerutu Mastur, matanya merah mau menangis. Ketika Mastur akan meletakkan kasur itu di ranjang Dede, tiba-tiba Bayu datang menyambar.
“ Yah kakak lama cekali, Bayu mengantuk, cepat bawa kacurnya ke luar.” Ucap Bayu ceplas ceplos, Dede tak bisa berkata apa-apa, ternyata dia mati kutu di depan Bayu, apalagi ketika Bayu melirik Dede dan mengedipkan matanya, serasa Dede ambruk! So sweat! Sedang Mastur merasa menang, dia berlalu dengan membawa kasur itu. Senyumnya mengembang menampakkan giginya yang berwarna golkar.
“ Dasar anak ajaib.” Gerutu Dede
“ Cimpan disitu kakak jelek.” Bayu meneriaki Mastur. Batin Mastur menjerit, Bayu saja yang idiot menganggapnya jelek, apalagi orang normal lahir dan batin. Hiks..hiks..nasib..nasib, udah pendek, hitam, jelek, botak, gempal, hidup lagi.
>>>>>
Bayu main sampai magrib tiba, sebenarnya dia rencana mau bermalam, tapi untung bapaknya datang menjemput. Andaikan tidak, berarti malam ini Dede dan Tono akan mengungsi. Dia tidak suka dengan anak itu, karena cerewet minta ampun. Tadi siang dia tidak tidur karena kasurnya dirampas Mastur buat Bayu, setelah itu suaranya sangat ribut, kerana Zaki kembali mengajarnya menyanyi.
“ Kakak, Bayu mau bermalam yah, cupaya ramai dan ceru.” Ungkap Bayu. Mendengar hal itu telinga Dede melebar seperti daun kelor.
“ Tidak boleh, Bayu harus pulang, nanti dicari mama.” Jawab Dede selembut mungkin, namun selembut apapun kata-kata Dede tetap aja menohok.
“ Ihhhh kakak jahat, cudah tinggi, kuruc, jahat lagi.” Bayu manyun, Dede terbakar.
“ Kurang ajar banget nih anak. Hei Mastur pokoknya kalau dia bermalam saya akan mungungsi. Saya tidak mau kasurku dirampas lagi.” Dede menyemprot Mastur yang dianggap biang kerok. .
“ Ha! Gitu aja kok repot. Kalian santai sajalah, Bayu itu anak baik kok.” Zaki membela Mastur dan Bayu.
“ Baik, saya tidak bercanda. Saya akan mengungsi!”
“ Mengungci aja, hem! Pergi cana.” Suara bayu nongol membuat Dede geram.
“ Anak nakallllllllllllllllllllllllllllllll” ingin rasanya Dede menjewer kuping Bayu yang lebar, namun apalah daya tangan tak sampai. Bapak Bayu datang untuk menjemput anak kesayangannya. Dan Dede pun sujud syukur. Dia tidak jadi mengungsi. Bayu meninggalkan rumah dengan muka sewot, berat.
>>>>>
Setelah salat duhur, pintu rumah laskar wangi diketuk oleh seseorang. Dede yang sementara makan menyuruh Tono membuka pintu. Dan ketika pintu terbuka, wajah Tono pucat kemudian berteriak, “ Tuyuuuulllllllll.” Dede tersedak.
“ Siapa Ton?”
“ Bayu.”
“ Ha?” Persendian Dede terasa lepas semua. Amblas.
“ Kakak, lagi makan yah?” Tanya Bayu ketika masuk
“ Lagi mandi.” Jawab Dede dengan alis terangkat.
“ Oh..mandi pake naci yah?”
“ Nih anak goblok banget sih?!”
“ Apa ini? kayaknya enak yah?” Bayu menunjuk satu rantang nasi, dia melenan air liurnya. Dede kasian juga melihatnya, namun itu nasi buat Dani dan Adam. Mereka belum pulang, tapi Bayu….sudah melahapnya sebelum disuruh. Yah…..
>>>>>
Adam dan Dani baru pulang dari aksi kampus, mereka berjalan dengan cepat.
“ Ah…lapar banget nih Dam.” Ucap Dani pada Dam
“ Sama Dan, kita cepat pulang aja, pasti makanan sudah siap.”
“ yuuuuu”
>>>>>
Dede mau muntah, dia tidak menghabiskan makanannya, pasalnya Bayu makan sambil ngupil. Yah…Bayu mengorek hidung, memainkan jari telenjuknya, dan memejamkan matanya tanda menikmati acara ngupil sambil makan. Dan muncullah sesuatu dari lubang hidungnya yang mungil. Sesuatu yang lengket berwarna putih. Bayu kemudian memaikan di tangannya, membuatnya seperti bola. Kemudian melemparnya ke arah Dede, dan alhasil tai ngongo itu mencebur di sayur Dede.
“ Bayu……………!” Dede berdiri dari tempat duduknya, wajahnya memerah. Dia sangat marah. Tono panik melihat perubahan air muka Dede, itu menandakan dede akan mengamuk.
“ De! Udah tahan emosimu, dia masih anak-anak. Ayo kita pergi makan bakso.”
“ Saya sudah bilang anak ini akan merepotkan, tapi kalian tidak mau mendengar sih,” Dede kesal “ Mana si Mastur, Zaki dan Wandi?” Dia seenaknya saja meninggalkan beban buat kita.
“ Mereka ada halaqah De! Sabar yah De!” Tono masih membujuk.
“ Kakak, Bayu nambah yah.” Bayu melahap nasi di rantang yang satunya lagi.
“ Ha? Itu bagiannya Dani, bagian Adam dah diludesin.” Tono tercekak, aplous untuk Bayu!
“ Kakak ambilin minum dong, Bayu hauc.” Rengek Bayu, Dede semakin terbakar, emosinya sampai ubun-ubun.
“ Duduk De! Biar amarahmu sedikit mereda.”
“ Ah persetan! Saya jengkel.” Dede meninggalkan Tono ke ruang belakang untuk berwudu. Amarahnya sedikit terobati, saat Dede kembali, Dani dan Adam muncul di balik pintu.
“ Assalamu’alaiku, eh Bayu datang yah.” Sapa Dani, Adam acuh dan langsung mencari nasinya. Perutnya keroncongan. Dari tadi pagi belum makan, karena di pagi buta dia sudah ke kampus untuk nyontek tugas temannya.
“ Nasiku mana?” Matanya membulat melihat rantangnya kosong.
“ Dimakan Bayu Dam.” Tono berbisik, takut Bayu mendengarnya. Sekekjam-kejamnya Tono, dia juga masih bisa menjaga perasaan orang lain.
“ Madza? Hal Laa ta’rif annany jau’an jiddan?” Adam bertanya menggunakan bahasa arab, bertujuan agar Bayu tidak mengetahui arah pembicaraannya, karena Bayu melongo ke arahnya.
“ A’rif, laakin…”
“ Laa ba’sa bih, isbhir faqat.” Dani nimbrung
“ Dan, Hal indaka fulus? Sa asytary makruunah.” Tanya Adam pada Dani
“ Ana muflis.” Dani masuk kamar, sebelum melewati pintu dia melirik Bayu yang makan sangat lahap. Dani merasa terharu, walaupun dia sedang kere toh ternyata dia masih bisa berkorban untuk seorang Bayu. Di dalam kamar Dede melipat mukanya, dia duduk di tepi ranjangnya.
“ Maaza bikum?” Tanya Dani melihat muka yang terlipat tujuh. Kusut!
“ Gara-gara tuyul itu.” Dede dongkol.
>>>>>
Muka Dede semakin terlipat ketika Bayu naik makan di ranjangnya. Dia ingin berteriak namun malu didengar tetangga. Bayu makan sambil berdendang, mengangguk-anggukkan kepala, asyik! Namun tiba-tiba muka bayu pucat, merah. Dan hidung laskar wangi mencium sesuatu yang wow banget! Dan bau itu datang dari ranjang Dede. Jangan-jangan Bayu Eee’.
“ Bayuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu” Suara Dede melengking! Nafasnya memburu, matanya memerah. Dede menangis.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
2.07.2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar