1.31.2009
Ujian adalah Seninya Dakwah
Dakwah Kami
Dakwah ini tidak menerima persekutuan. Sebab tabiatnya adalah keterpaduan. Maka siapa yang siap, ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun hidup bersamanya. Sebaliknya, siapa yang tidak sanggup memikul beban ini, ia terhalang dari pahala meujahidin, tertinggal bersama orang-orang yang tertinggal, duduk bersama orang yang duduk-duduk, dan Allah akan mengganti dengan generasi yang sanggup memikul dakwah ini. yang bersikap lemah lembut kepada orang mukmin dan tegas kepada orang kafir. ( Hasan Al Banna )
Maka jangan heran kalau semakin banyak orang yang berguguran di jalan dakwah, karena dakwah ini tidaklah muda. Boleh jadi kita, yah saya dan anda yang akan terjatuh. Itu tidak menutup kemungkinan. Namun kita harus tetap berdo’a agar di kokohkan kaki kita untuk tetap menapak di jalan ini. walaupun duri siap merobek tubuh, namun kita akan tetap istiqamah. Ujian adalah seninya berdakwah. Tanpa ujian maka kita tidak tahu bagaimana keistiqamahan kita dalam dakwah.
Label:
PKS
Menang Drama Bahasa Arab, cihuiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Senang! Bahagia! Adem! Sejahtera! Hehehe bangga! Setidaknya itulah yang saya rasakan saat mendengar bahwa kelompok kami menang dalam perlombaan drama bahasa arab. Hu! Lega! Walaupun perannya jadi jurnalis terus, tapi tak mengapa, yang penting menanggggg!
Sebenarnya sempat tidak pede saat melihat penampilan tiga kelompok lainnya, apalagi akting mereka sangat kocak mengocok perut sampai air mata keluar karena hebatnya tawa. Eh tau-taunya kami masih beruntung bisa meraih juara satu!
Makasih buat dewan juri. Ka’ Jumadil dan nyonya!
Label:
aktivitas kampus
1.29.2009
Tulisan Buat Bang DOS dan Teman-temannya
Assalamu’alaikum
Salut buat anda bang DOS yang mempunyai tekad untuk selalu menasihati para kader PKS. Ane mendukung niat itu, namun kepala saya pening melihat dan membaca blog anda. Loh katanya mau menasihati tapi kok malah memaki. Mungkin tujuan awal anda benar, tapi sayang niat itu kayaknya berbelok. Kenapa saya berkata seperti itu? Saya sering membaca blog anda. Dan saya melihat ada keganjilan, contohnya semua coment yang mendukung PKS dibantai habis oleh bang DOS, bahkan dikeroyok oleh mereka yang pro DOS. Sedang koment yang menjelek-jelekkan dakwah ini malah dibiarkan, walaupun komentnya sangat jorok! Bang DOS... bang DOS. Saya tidak perlu mengomentari tulisan anda, saya tidak perlu memberi koment di blognya. Karena saya masih punya murabbi yang bisa menjelaskan semua yang DOS tulis. kita punya sistem.
Saya juga heran, seorang yang berani memaki PKS hanya bisa bersembunyi di balik layar monitor. Tanpa mau membuka siapa dirinya sebenarnya. Saya kembali berpikir, anda tidak siap untuk menasihati PKS, bahkan anda sebenarnya hanya berani menghujat dan mencemarkan nama baik. Katanya, katakanlah kebenaran itu walaupun pahit, kalau memang berani maka nampakkanlah dirimu DOS, sapa penggemarmu termasuk aku! Itupun kalau DOS punya nyali.
Dakwah ini bersih dan orang yang mau mengotorinya cepat atau lambat akan akan tersingkir dari jalan ini, dia akan jatuh dan tak kuat untuk melanjutkan perjalanan. Sebenarnya alangkah baiknya jika bang DOS mau diskusi dengan PKS, pasti bang DOS mau bilang, kami sudah tabayyun namun tidak mau didengar. Sejauh mana tabayyun anda? dan benarkah anda sudah tabayyun? Bagaiman cara tabayyunnya?
Anda mungkin boleh berbangga karena banyak tamu blog yang menjelek-jelekkan PKS, dan saya berani mengatakan bahwa blog anda telah kotor oleh hujatan-hujatan yang tak beradab. Sungguh, blog yang seharusnya bersih jadi kotor! Sekai lagi kotor! Dan blog anda bukannya memberikan pencerahan buat kader dakwah namun melemahkan. Dan telah menjadi ajang gosip! Ajang menjelek-jelekkan harakah ini. Bisa saja yang dijelek-jelekkan lebih bersih daripada orang yang mengejek.
Bang DOS masih banyak yang saya mau tuliskan, tapi saya takut emosi saya yang membimbing tangan ini untuk menuliskannya.
Wassalamu ‘alaikum
Salut buat anda bang DOS yang mempunyai tekad untuk selalu menasihati para kader PKS. Ane mendukung niat itu, namun kepala saya pening melihat dan membaca blog anda. Loh katanya mau menasihati tapi kok malah memaki. Mungkin tujuan awal anda benar, tapi sayang niat itu kayaknya berbelok. Kenapa saya berkata seperti itu? Saya sering membaca blog anda. Dan saya melihat ada keganjilan, contohnya semua coment yang mendukung PKS dibantai habis oleh bang DOS, bahkan dikeroyok oleh mereka yang pro DOS. Sedang koment yang menjelek-jelekkan dakwah ini malah dibiarkan, walaupun komentnya sangat jorok! Bang DOS... bang DOS. Saya tidak perlu mengomentari tulisan anda, saya tidak perlu memberi koment di blognya. Karena saya masih punya murabbi yang bisa menjelaskan semua yang DOS tulis. kita punya sistem.
Saya juga heran, seorang yang berani memaki PKS hanya bisa bersembunyi di balik layar monitor. Tanpa mau membuka siapa dirinya sebenarnya. Saya kembali berpikir, anda tidak siap untuk menasihati PKS, bahkan anda sebenarnya hanya berani menghujat dan mencemarkan nama baik. Katanya, katakanlah kebenaran itu walaupun pahit, kalau memang berani maka nampakkanlah dirimu DOS, sapa penggemarmu termasuk aku! Itupun kalau DOS punya nyali.
Dakwah ini bersih dan orang yang mau mengotorinya cepat atau lambat akan akan tersingkir dari jalan ini, dia akan jatuh dan tak kuat untuk melanjutkan perjalanan. Sebenarnya alangkah baiknya jika bang DOS mau diskusi dengan PKS, pasti bang DOS mau bilang, kami sudah tabayyun namun tidak mau didengar. Sejauh mana tabayyun anda? dan benarkah anda sudah tabayyun? Bagaiman cara tabayyunnya?
Anda mungkin boleh berbangga karena banyak tamu blog yang menjelek-jelekkan PKS, dan saya berani mengatakan bahwa blog anda telah kotor oleh hujatan-hujatan yang tak beradab. Sungguh, blog yang seharusnya bersih jadi kotor! Sekai lagi kotor! Dan blog anda bukannya memberikan pencerahan buat kader dakwah namun melemahkan. Dan telah menjadi ajang gosip! Ajang menjelek-jelekkan harakah ini. Bisa saja yang dijelek-jelekkan lebih bersih daripada orang yang mengejek.
Bang DOS masih banyak yang saya mau tuliskan, tapi saya takut emosi saya yang membimbing tangan ini untuk menuliskannya.
Wassalamu ‘alaikum
Label:
PKS
Atas Nama Kekecewaan
Sungguh miris hati ini mendengar banyaknya ocehan dan serangan yang dilontarkan oleh mantan aktivis dakwah. Yah dalam artian mereka menyerang balik dakwah ini. Kecewa itulah alasan yang sering kita dengar, katanya PKS bukan yang dulu lagi dan bahkan semakin melenceng. Akh...alasan kecewa? Ternyata sangat susah memahami dan mengamalkan sebuah keikhlasan. Susah!
Kawan, kecewa adalah manusiawi, namun jangan sampai kekecewaan itu membuat kita larut dan terus menghujat. Mari sejenak kita renungkan, tahan nafas dulu! Pikirkan baik-baik. Kekecewaan itu muncul ketika kita sangat mengharapkan seseorang bahwa dia tidak akan pernah salah. Coba kita pikir, andaikan ada seorang petinggi dakwah ini yang korupsi, padahal kita yakin bahwa dia orang terpercaya, namun hal itu benar, yah dia korupsi. Tentunya yang terjadi adalah kekecewaan, namun jangan down! Kita harus bangkit! Kita yakin harakah ini akan memberi iqab pada siapa yang melanggar, dan toh kita berjuang bukan untuk dia, kita berjuang demi dakwah, kita berjuang karena Allah.
Kawan, ikhlas akan memberikan kita kekuatan untuk terus berjuang di jalan ini. Karena kita yakin bahwa kita berjuang bukan untuk para calon anggota dewan yang akan duduk di parlemen, bukan! Kalau itu yang kita niatkan, pantas saja banyak orang yang berjatuhan.
Kawan, masih ingat kisah yang sering kita dengar? Kisah tentang keikhlasan seorang panglima perang, namanya Khalid Ibn walid. Mengagumkan! Keikhlasan tidak membuatnya kecewa pada keputusan Umar ibn Khattab yang menariknya dari panglima perang, namun Khalid tetap gigih berperang, “ Aku berjuang bukan untuk Umar, tapi aku berjuang karena Allah.”
Kawan, andaikan konsep ikhlas bisa kita amalkan, tentunya tidak akan ada suara sumbang. Dan ketika ada hal yang mengecewakan, kita akan berteriak lantang, kami berjuang bukan karena pak Hidayat, Anis Mata, Tifatul Sembiring, dll tapi kami berjuang karena Allah.
Dan tahukah kamu kawan, dakwah ini tidak membutuhkan orang yang cepat mengeluh, cengeng, bahkan sebenarnya bukan dakwah yang membutuhkan kita, namun kitalah yang membutuhkan dakwah.
Label:
PKS
1.28.2009
SMS Hikmah dari Seorang Teman
Saat sedang kulaih, HP ku bergetar, setelah dicek ada SMS dari seorang teman. Sms hikmah, sms yang paling aku suka.
Mujahid dambaan syurga adalah orang yang tegar menghadapi pelikx persoalan, tangguh dalam nafas keimanan, bertahan dengan karakter keislaman, berguna dalam keilmuan, mencintai saudaranya walau tersakiti, memberikan warna dengan celupan ilahiyah dalam keseharian. Bersiap siaga untuk berkorban demi kebenaran. Karena sungguh setiap kita adalah pengusung dakwah. Semoga Allah selalu mencintai hamba yang selalu ikhlas di jalannya.
Sender:
XXXX
+6281241XXX
Received:
11:24:17
29-01-2009
Syukran atas smsnya
Label:
Cuap-cuap
Untaian Hikmah Pagi Ini
Sayap malaikat membentang menaungi ketika lantunan hikmah keluar dari mulut seorang muallim, di sebuah rumah mungil di kompleks Unhas. Rumah mungil yang jauh dari kemewahan. Setelah salat subuh tadi kami mengagendakan ta’lim sebagai ajang menambah ilmu keislaman. Ini rutin kami adakan setiap kamis subuh.
Begitu nikmat meneguk air iman dalam untain kata yang sangat padat dengan hikmah. Terasa sangat menyegarkan, terasa sangat menyejukkan. Bagai siraman hujan setelah kemarau berkepanjangan. Inilah rekreasi yang paling indah, melepas lelah dengan zikrullah. Masya Allah, subhanallah.
Benar, lantunan itu membasahi jiwa kami yang telah sibuk dalam sepekan untuk urusan kuliah dan amanah yang lain. Kata yang meluncur dari mulutnya langsung menembus lubuk hati yang paling dalam.
Ingin aku mengucapkan terima kasih buat muwajjih kami, ustad jumadil, SS. Semoga kebahagiaan selalu tercurah untuknya, keluarganya, dan orang yang dicintainya. Dan semoga ta’lim ini rutin. Pahamkan kami akan agama ini, hakikat kehidupan dan risalah dakwah.
Begitu nikmat meneguk air iman dalam untain kata yang sangat padat dengan hikmah. Terasa sangat menyegarkan, terasa sangat menyejukkan. Bagai siraman hujan setelah kemarau berkepanjangan. Inilah rekreasi yang paling indah, melepas lelah dengan zikrullah. Masya Allah, subhanallah.
Benar, lantunan itu membasahi jiwa kami yang telah sibuk dalam sepekan untuk urusan kuliah dan amanah yang lain. Kata yang meluncur dari mulutnya langsung menembus lubuk hati yang paling dalam.
Ingin aku mengucapkan terima kasih buat muwajjih kami, ustad jumadil, SS. Semoga kebahagiaan selalu tercurah untuknya, keluarganya, dan orang yang dicintainya. Dan semoga ta’lim ini rutin. Pahamkan kami akan agama ini, hakikat kehidupan dan risalah dakwah.
Label:
Cuap-cuap
Goresan Ukhwah Buat Yang Ulang Tahun
Untuk Saudaraku Sri Wahyudi
Assalamu’alaikum Saudaraku
Saudaramu yang kurang perhatian ini mendapat kabar dari seorang sahabat bahwa nih hari ulang tahunmu. Saya bergembira dan merasa gagal menjadi seorang sahabat buat kamu. Karena tidak mengetahui hal seharusnya kuketahui, padahal kita pernah satu atap, walaupun cuma beberapa hari. Apalagi kita satu naungan almamater.
Ah.. sebagai sahabat yang kurang perhatian, saya tidak tahu banyak tentang kamu, bahkan umurmu pun saya tidak tahu sekarang yang keberapa. Maaf! Setidaknya kamu bias menilai aku ini teman macam apa. Tapi di harimu ini, aku ingin mengucapkan sesuatu padamu, pada dirimu, pada kecerdasanmu, pada keshalehanmu, pada ukhwah kita dan pada seluruh teman-teman kita. Bahwa hidup hanya sementara, dan kini jatah hidupmu berkurang satu tahun. Semoga sisa dari umur itu bisa kau pergunakan dengan baik. Selamat dan sukses.
Info saya dapat dari Hasmuliadi. Seorang yang sangat perhatian kepada saudara-saudaranya, walaupun begitu dia tidak butuh balasan.
Assalamu’alaikum Saudaraku
Saudaramu yang kurang perhatian ini mendapat kabar dari seorang sahabat bahwa nih hari ulang tahunmu. Saya bergembira dan merasa gagal menjadi seorang sahabat buat kamu. Karena tidak mengetahui hal seharusnya kuketahui, padahal kita pernah satu atap, walaupun cuma beberapa hari. Apalagi kita satu naungan almamater.
Ah.. sebagai sahabat yang kurang perhatian, saya tidak tahu banyak tentang kamu, bahkan umurmu pun saya tidak tahu sekarang yang keberapa. Maaf! Setidaknya kamu bias menilai aku ini teman macam apa. Tapi di harimu ini, aku ingin mengucapkan sesuatu padamu, pada dirimu, pada kecerdasanmu, pada keshalehanmu, pada ukhwah kita dan pada seluruh teman-teman kita. Bahwa hidup hanya sementara, dan kini jatah hidupmu berkurang satu tahun. Semoga sisa dari umur itu bisa kau pergunakan dengan baik. Selamat dan sukses.
Info saya dapat dari Hasmuliadi. Seorang yang sangat perhatian kepada saudara-saudaranya, walaupun begitu dia tidak butuh balasan.
Label:
Tulisanku
Anak Kecil Tertidur di Mobil
Banyak malakukan perjalanan banyak mendapat pelajaran. Mungkin saya memegang prinsip itu makanya saya sangat senang bepergian. Seperti halnya malam ini, setelah melihat perempuan berpayung, seperti yang saya telah ceritakan pada kalian, kini Allah menambah pelajaran itu lewat seorang anak umur sepuluh tahun di pete-pete. Lagi-lagi pete-pete 07.
Jam menunjukkan setengah sepuluh malam, saat saya naik pete-pete 07. saat itu saya dari Tamalanrea. Penumpang sepi, hanya ada dua orang cewek jilbabers dan satu lagi, seorang anak kecil, bertubuh kurus, pakaian dekil.
Anak itu kira-kira berumur sepuluh tahun. Dia terangguk-angguk disudut belakang, mungkin dia capek. Di pangkuannya terdapat tempat kue. Dia memeluknya erat. Mungkin dia baru saja pulang dari ambil jualan di kios orang, atau dia baru pulang dari menjual kue. Ah anak kecil itu. Kemudian matanya terpejam, dia tertidur. Kasihan!
Pete-pete terus melaju kemudian berhenti di depan M-TOS untuk menunggu penumpang. Anak itu terbangun ketika seorang penumpang naik dan mengambil tempat duduk di dekatnya. Matanya menyipit, mungkin dia baru saja bermimpi bermain di taman, atau sedang makan es krim. Dia melongokkan kepalanya di jendela dan sekita pandangannya nanar, mukanya memerah. Ada apa gerangan?
“ Pak sopir, lewatmi UIM?” Tanyanya ingin beranjak turun dari pete-pete
“ Iya dek, lewatmi. Kenapa tidur kah?” Sopir tampak acuh, anak itu tak menjawab, dia kemudian turun dari pete-pete, merogoh kantongnya dan megeluarkan uang receh lima ratusan. Sang sopir masih acuh. Dapat kutangkap aura kesedihan di wajahnya, mungkin dia berpikir bahwa orang tuanya pasti akan marah karena uangnya berkurang 3000 rupiah untuk sewa mobil pulang ke rumah. Maka tergerak hatiku untuk membantunya.
“ Dek, sini ki’!” panggilku, namun dia tidak mendekat, malah tidak peduli padaku. Ya Allah masih kah hambamu buta dengan apa yang engkau tunjukkan malam ini, masih hambamu ini merasa dirinya paling susah di dunia ini? Fabiayyi alaai rabbikuma tukazzibaan!
Label:
Tulisanku
Ammu Bolo-Bolo
Masih ingat ga lagu Tina Toon? Yang sempat hits sewaktu masih kecil dulu. Yah bolo-bolo.
“ Mama bolo-bolo
Papa Bolo-bolo
Lagu itu pernah dipopulerkan oleh Tina Toon, penyanyi cilik yang sekarang beranjak remaja. Tina Toon dengan goyang lehernya. Kalau dengar bolo-bolo pasti ingat Tina, namun sekarang gelar bolo-bolo itu melengket di namaku. Katanya karena tubuh ku gendut, gemuk. Oh NO!
Yang paling parah, kalau bertemu teman-teman di kampus, tidak cewek maupun cowok, kadang mereka menyanyikan lagu bolo-bolo. Aku mau muntah dengar suara cempreng mereka. Gila!
Namun aku sebenarnya ga masalah di panggil apapun, yang penting tidak berbau dosa! Dan aku tidak terlalu terhina dengan nama itu.
Dan ada satu yang membuatku sedikit tergelak, semakin bekennya nama bolo-bolo itu, bahkan ada yang memanggilku Ammu bolo-bolo. Kurang Hiduppppppppppppppp!!!!!!!
Ammu itu berarti om.
Label:
Cuap-cuap
Suatu Hari, di Penghujung 2008
Baru saja ada sms masuk di HP ku agar melakukan persiapan untuk aksi munasharah ( Demo ) solidaritas Palestina. Yah saya di bagian peliputan. Maka saya berencana pergi ke media center PKS. Ketika keluar jalan raya untuk menunggu pete-pete, seorang perempuan menghampiriku. Wajahnya begitu kusut. Bahkan sangat kusut. Dengan kantongan menggelantung di tangan kanannya dan payung di tangan kirinya. yah memang hari ini gerimis.
“ Nak tolong uang ta’ 3000, nda ada sewa pete-pete ku.” Suaranya bergetar. Dapat kulihat dia sangat capek.
“ Mau kemana bu?”
“ Pannampu nak, kalau ada air ta’ kasi’ ka’ juga.” Katanya saat aku menyodorkan uang 5000 padanya. Tapi saya tidak bawa air, kecuali roti di tas ku. persiapan kalau lagi meliput di lapangan. Tanpa pikir panjang kembali kurogoh tas ku dan kuberikan roti itu padanya. Dia sangat berterima kasih, aku hanya mengurut dada, semoga hal seperti ini tidak terjadi padaku, keluargaku dan teman-temanku.
Pete-pete berhenti di depanku, aku mengajak perempuan berpayung itu untuk naik, namun dia menolak.
“ Sebentar pi saya nak, saya mau makan dulu.”
Maka pete-pete berjalan, namun perempuan itu tidak berhenti. Dia juga jalan sambil makan rotinya. Ah mungkin dia malu malan di mobil. Pikirku saat itu.
Siapakah perempuan berpayung itu? Semoga kata-lata bapak itu salah.
“ Nak tolong uang ta’ 3000, nda ada sewa pete-pete ku.” Suaranya bergetar. Dapat kulihat dia sangat capek.
“ Mau kemana bu?”
“ Pannampu nak, kalau ada air ta’ kasi’ ka’ juga.” Katanya saat aku menyodorkan uang 5000 padanya. Tapi saya tidak bawa air, kecuali roti di tas ku. persiapan kalau lagi meliput di lapangan. Tanpa pikir panjang kembali kurogoh tas ku dan kuberikan roti itu padanya. Dia sangat berterima kasih, aku hanya mengurut dada, semoga hal seperti ini tidak terjadi padaku, keluargaku dan teman-temanku.
Pete-pete berhenti di depanku, aku mengajak perempuan berpayung itu untuk naik, namun dia menolak.
“ Sebentar pi saya nak, saya mau makan dulu.”
Maka pete-pete berjalan, namun perempuan itu tidak berhenti. Dia juga jalan sambil makan rotinya. Ah mungkin dia malu malan di mobil. Pikirku saat itu.
Siapakah perempuan berpayung itu? Semoga kata-lata bapak itu salah.
Label:
Tulisanku
Perempuan Berpayung
Bukan untuk pamer, saya hanya ingin berbagi dengan teman-teman. Ini kisah nyata. Semoga ada pelajaran yang bisa dipetik.
Lelah seolah memiijit tubuhku, mengodaku untuk melepas desahan tanda kecapean. Dengan berjalan cepat aku menuruni jembatan penyebarangan di depan Ramayana Pettarani. Sesampai di bawah aku langsung menunggu mobil 07 untuk menuju Tamalanrea. Sambil menunggu mobil saya mencoba muraja’ah hapalan. Banyak sekali hapalan yang tersendat-sendat, andaikan hapalan itu adalah manusia, mungkin sekarang dia lagi tersesat di hutan.
Disaat masih mengulang hapalan, tiba-tiba seorang wanita mendakatiku, dia berjalan ngos-ngosan. Wajahnya diterpa cahaya lampu kendaraan yang lalu lalang, aku bisa melihat keringatnya yang bercucuran. Yah dia keringatan, padahal petang ini sangat dingin. Awan mendung menggelayut di langit. Kelam tanpa bintang. Dia semakin mendekat, dan
“ Nak bantuka’ dulu.” Suaranya serak, seperti orang nangis
“ Kenapa bu?” aku mencoba selembut mungkin
“ Tolong uang ta’ tiga ribu, saya tidak punya sewa mobil.”
“ mauki’ kemana bu?”
“ Ke pannampu.” Jawabnya masih dengan suara tangis, aku sudah merogoh tasku untuk membantunya sebisa mungkin. Kebetulan lagi ada uang.
“ Saya jalan dari rumah sakit Bayangkara nak, tadi saya naik pete-pete tapi dikasi’ turun sama sopir karna nda’ ada uangku’.” Lanjutnya, segera kuserahkan uang tiga ribu itu di tangannya.
“ Terima kasih nak, terima kasih.” Dia menangis, aku tersenyum getir membayangkan nasib wanita berpayung itu. Ya Allah, semoga dia baik-baik saja.
>>>>>
Pete-pete 07 berhenti di depanku, setelah melihat masih banyak ruang kosong, akupun segera naik. Aku paling tidak suka bila penumpang saling berdesak-desak di dalam, apalagi kalau kebanyakan perempuan. Kulihat ibu tadi yang masih berjalan dengan tertatih, payung nya masih setia menemaninya, walaupun hujan sudah tak turun lagi. Yah kelihatan aneh, orang memakai payung di malam hari. Ibu itu terus berjalan, aku melihatnya dari dalam pete-pete. Kok dia tidak naik pete-pete yah?
Pete-pete berhenti tidak jauh dari ibu tadi, karena menunggu penumpang yang belum tentu. Aku terus memperhatikan ibu itu, dia menghampiri seorang bapak, dan bapak itu menggertaknya.
“ Penipu ko kau!” Suara menyambar telingaku, karena memang jaraknya tidak terlalu jauh dari pete-pete. Tapi ibu tadi tidak peduli dengan kata-kata sang bapak, dia terus berjalan. Dan saat dia melewati mobil pete-pete yang masih menunggu penumpang. Aku melihat dengan jelas rupa perempuan berpayung itu karena disini tempatnya cukup terang. Dan memoriku berputar ke penghujung tahun 2008. yah aku pernah melihat perempuan itu sebelumnya. tidak salah lagi.
Label:
Tulisanku
Waduh..Gagal Betemu Bidadari
Bila kecintaan itu sudah tumbuh maka apapun yang menjadi penghalang akan dilewati walaupun harus tertatih. Teman-teman, ternyata benar bahwa mencintai suatu pelajaran akan membuat kita betah dan selalu ingin mempelajarinya, begitulah yang terjadi padaku. mencintai 2 bidadari ( Statistik dan Akuntansi ) itu membuat semangat dalam belajar. Dan selalu ingin tahu tentangnya! Padahal sebelumnya, pelajaran itu sangat “ kubenci” masalahnya susah minta ampun. Bikin puyeng!
Namun capek juga membenci pelajaran itu, karena takutnya nanti dapat nilai error saat final. Makanya mau tidak mau harus terus mempelajarinya. Nah daripada menyiksa batin, mending dari sekarang ubah persepsi kalau kedua pelajaran itu mudah. Anggap saja bidadari yang selalu menyejukkan mata, dan selelu ingin bertemu, selalu ingin mempelajarinya. Bukan begitu?
Kemarin ada teman yang menertawakan gelar yang kuberi buat pelajaran statistik dan akutansi, katanya apakah tidak ada gelar lain? Menurut saya kata itulah yang pas! Karena kata itu mengandung semangat. Kata itu mengandung keindahan. Caileeeeeeeeeeeeee, bukankah manusia suka yang indah-indah? Bidadari itru indah kan?
Tapi hari ini menjadi hambar prenk! Hari yang seharusnya saya bertemu dengan bidadari itu, namun dosennya tidak datang! Yah! Kalau cinta itu sudah muncul maka ujian lagi yang datang! Ah gagal bertemu bidadari.
Namun capek juga membenci pelajaran itu, karena takutnya nanti dapat nilai error saat final. Makanya mau tidak mau harus terus mempelajarinya. Nah daripada menyiksa batin, mending dari sekarang ubah persepsi kalau kedua pelajaran itu mudah. Anggap saja bidadari yang selalu menyejukkan mata, dan selelu ingin bertemu, selalu ingin mempelajarinya. Bukan begitu?
Kemarin ada teman yang menertawakan gelar yang kuberi buat pelajaran statistik dan akutansi, katanya apakah tidak ada gelar lain? Menurut saya kata itulah yang pas! Karena kata itu mengandung semangat. Kata itu mengandung keindahan. Caileeeeeeeeeeeeee, bukankah manusia suka yang indah-indah? Bidadari itru indah kan?
Tapi hari ini menjadi hambar prenk! Hari yang seharusnya saya bertemu dengan bidadari itu, namun dosennya tidak datang! Yah! Kalau cinta itu sudah muncul maka ujian lagi yang datang! Ah gagal bertemu bidadari.
Label:
Cuap-cuap
1.27.2009
PKS dimata Gadis Tionghoa
Dua orang gadis tionghoa cekikan di pete-pete 07. Mereka terus nyerocos kesana-sini. Membicarakan tentang imlek kemarin. Hem..aku mendesah! Namun kupingku segera mengembang saat mereka mengalihkan pembicaraan soal politik. Yah! Aku memasang kupingku baik-baik, teliti, tiada satu kata pun yang terlewatkan. Siapa tahu ada kesempatan direct selling di pete-pete, kebetulan aku lagi bawa kartu nama Anis Matta, caleg DPR RI nomer urut 1. Dengarkan percakapan mereka, kurang lebih seperti ini:
“ Banyak sekali caleg, foto-fotonya bertebaran di pinggir jalan.” Gadis 1 memulai pembicaraan
“ Iya bikin pusing, “ Timpal yang satunya, dia duduk disudut belakang
“ Eh btw, bagaimana kabarnya PKS?” ucap gadis 1 sembari menatap temannya
“ Iya..Partai Keadian Sejahtera maksudnya?” Tanya temannya
“ Iya…itu partai bagus sekali, tidak korupsi.”
“ Iya saya juga tahu ji, bahkan waktu pilkada dulu saya pilih nomer 3.”
“ Oh ya? Saya tidak milih kemarin, tidak dapat kartu.”
Tahukah kamu, saat itu saya ingin sekali terlibat dengan pembicaraan mereka, namun masih malu. Ingin rasanya kusodorkan kartu nama Anis Matta kepadanya, namun masih malu, janga sampai malu-maluin.
“ Eh kamu sudah liat iklan PKS yang baru.”
“ Oh..itu yang bilang “ Partai Kita Semua.” “
“ Iya…hehe, bagus toh?”
“ Iya unik. Hehehe..”
“ Saya ada kartu nama calegnya PKS.” Kata gadis 1 sambil merogoh tasnya, kupingku kembang kempis. Ha? Yang bener?
“ Dapat dari mana? Cobas saya liat.”
“ Kemarin ada orang PKS ke rumah, ngasih ini juga. Hehe”
“ Saya ambil satu yah?”
“ Ambil saja.”
Aku tertawa sendiri, antara senang dan tidak percaya. Seorang gadis Tionghoa telah melakukan direct selling ke temannya.
“ Banyak sekali caleg, foto-fotonya bertebaran di pinggir jalan.” Gadis 1 memulai pembicaraan
“ Iya bikin pusing, “ Timpal yang satunya, dia duduk disudut belakang
“ Eh btw, bagaimana kabarnya PKS?” ucap gadis 1 sembari menatap temannya
“ Iya..Partai Keadian Sejahtera maksudnya?” Tanya temannya
“ Iya…itu partai bagus sekali, tidak korupsi.”
“ Iya saya juga tahu ji, bahkan waktu pilkada dulu saya pilih nomer 3.”
“ Oh ya? Saya tidak milih kemarin, tidak dapat kartu.”
Tahukah kamu, saat itu saya ingin sekali terlibat dengan pembicaraan mereka, namun masih malu. Ingin rasanya kusodorkan kartu nama Anis Matta kepadanya, namun masih malu, janga sampai malu-maluin.
“ Eh kamu sudah liat iklan PKS yang baru.”
“ Oh..itu yang bilang “ Partai Kita Semua.” “
“ Iya…hehe, bagus toh?”
“ Iya unik. Hehehe..”
“ Saya ada kartu nama calegnya PKS.” Kata gadis 1 sambil merogoh tasnya, kupingku kembang kempis. Ha? Yang bener?
“ Dapat dari mana? Cobas saya liat.”
“ Kemarin ada orang PKS ke rumah, ngasih ini juga. Hehe”
“ Saya ambil satu yah?”
“ Ambil saja.”
Aku tertawa sendiri, antara senang dan tidak percaya. Seorang gadis Tionghoa telah melakukan direct selling ke temannya.
Label:
Tulisanku
Balada Hafizurrahman
Ingin tertawa dan sedih juga rasanya mendengar jawaban ponakanku yang berumur 4 taon. Saat ditanya tentang cita-citanya ketika besar nanti, dengan polos dia menjawab.
“ Jadi pengembala.” Dengan exspresi lucu namun tak ada wajah canda ketika dia menjawabnya, serius dan jujur.
Sedikit bercerita, namanya Hafizurrahman umurnya empat tahun. Baru aja masuk TK. Dia memang sangat suka mengembala sapi, makanya dia dibelikan sapi oleh abah nya. Nih anak memang kebangetan, tidak tidur siang, berpanas-panas di bawah terik matahari demi menjaga sapinya. Kalau dia tidak melihat sapinya dalam satu hari maka tangisnya akan memecah rumah.
Dan aku sedikit tergelak ketika idul qurban dulu, saat sapinya mau dijual untuk dijadikan qurban, dia marah. Namun setelah dibujuk dan dijanji akan dibelikan sapi lagi, maka diapun diam dan turut kata abahnya.
Pagi sekali dia sudah berangkat ke sekolahnya, dengan menenteng tas dan bekalnya diapun melenggang keluar rumah. Tidak biasanya seperti itu, sebelumnya dia harus dipaksa untuk ke sekolah, tahu alasannya apa? Karena member makan sapinya. Namun hari ini sapinya sudah dijadikan hewan qurban, bahkan dia yang paling banyak makan dagingnya.
Senang melihatnya ke sekolah tanpa harus dipaksa, tapi sampai jam sebelas dia belum juga pulang, padahal kan jam pulang untuk anak TK itu jam sepuluh. Wah ada yang tidak beres nih, maka aku segera menyusulnya di sekolah, dan di sekolah dia juga tidak ada. Sekolah sudah kosong. Kemana anak itu yah?
Terdengar suara ribut tidak jauh dari sekolah itu, dan ketika aku menoleh mataku mendapati sosok manusia yang tidak pake baju, dam sedang member makan seekor kambing. Anak itu begitu riang, tertawa terbahak, tertawa lepas bersama beberapa temannya.
Dan ternyata hari ini dia tidak masuk sekolah karena kambing tadi, setengan mati gurunya membujuk namun dia tetap ogah. Saat ditanya dia menjawab
“ Nabi Muhammad kan juga pengembala.”
Aku merasa geli karena terpingkal2.
Label:
Cuap-cuap
Dua Bidadari
Akuntansi, Statistik kata orang dua pelajaran itu susah, kenyataannya memang susah sih. Sampai ingin nangis rasanya kalau belajar dan tidak ada yang dimengerti satupun. Kepala jadi puyeng dan rasa bosan pun menghinggapi.
Yah…bahkan sempat juga aku berpikir untuk pindah jurusan supaya ga ketemu dengan dua malaikat pencabut nyawa itu. Tapi saya rasa itu bukan solusi yang terbaik. Solusinya adalah harus percaya belajar sungguh2. Hilangkan rasa mabok angka.kalau dulu statistik dan akuntansi adalah malaikat pencabut nyawa, sekarang anggaplah sebagai dua bidadari. okeyyyy!
Bagi yang pintar akuntansi dan statistik bantuin Awie dunk!
Label:
Cuap-cuap
1.25.2009
Pengantin Baru di Palembang
Untuk Ka' Ilo
Barakallahu lak
Setengah din itu telah disempurnakannya, semoga dia diberi kekuatan oleh Allah untuk menempuh kehidupan yang tentunya lebih berat dengan amanah yang dipikul di pundaknya. Namun benar Allah maha adil, di tengah banyaknya amanah itu, disana sudah ada bidadari yang akan menemaninya, menyemangati bila dia sedang jatuh, dan terus menggandeng tangannnya dalam suka maupun duka.
Barakallahu lak
Setengah din itu telah disempurnakannya, semoga dia diberi kekuatan oleh Allah untuk menempuh kehidupan yang tentunya lebih berat dengan amanah yang dipikul di pundaknya. Namun benar Allah maha adil, di tengah banyaknya amanah itu, disana sudah ada bidadari yang akan menemaninya, menyemangati bila dia sedang jatuh, dan terus menggandeng tangannnya dalam suka maupun duka.
Label:
Tulisanku
Spiderman Hinggap di Mecent
Tidak pernah nyangka sebelumnya, saya harus berjam-jam nunggu di depan media center ( Mecent ) PKS, terpanggang sinar matahari yang begitu menyengat, dipelototi setiap orang yang lewat, mungkin mereka berkata “ Anak siapakah yang hilang ini?”, duduk di depan ruko tanpa alas. ini semua gara-gara pintu mecent terkunci dan kuncinya tertinggal di dalam. Mana saya sendiri lagi, tanpa teman yang menemani. Ah untung ada HP, mending main game, namun benar-benar apes! HP juga lowbet.
Dan tahukah kamu, ketika teman-teman datang mereka juga tidak bawa kunci cadangan. Trus gimana nih cara ngebukanya. Segala cara dilakukan, mulai dari minta numpang di ruko tetangga untuk naik di loteng, kali aja pintu loteng mecent tidak terkunci. Namun nasib baik tak berpihak pada kami, pemilik ruko tetangga sedang tidak di rumah. Jadi? Yah kami pinjam tangga, namun lagi-lagi tangganya ga kesampaian alias terlalu pendek. Dan penantian kami masih berlanjut sampai jam dua siang, padahal mulai jam sepuluh pagi loh!
Dan langkah berikutnya adalah memanggil tukang kunci, namun cara ini tak berhasil. Tukang kunci keringatan namun tak membuahkan hasil kecuali mulut yang ber”ooooo”. Dan akhirnya pertolongan Allah datang kepada orang sabar. Maka datanglah spiderman dengan gagahnya menhampiri kami.
“ cari tangga yuck!” tiba-tiba saja dia nongol
“ Pendek semua.”
“ Usaha donk, biar aku yang manjat.”kata orang itu sambil memutar-mutar seperti penari balet
“ Baiklah.”
tangga pertama memang tidak berhasil karena lagi-lagi terlalu pendek, namun Allah menolong kami dengan mendatangkan tetangga yang punya tangga yang panjang. Nah yang jadi pertanyaan, siapa yang akan memanjat?
“ Biar aku yang manjat.” Ucap spiderman
Maka empat orang memegangi tangga, aku hanya melihat dari kejauhan. Takut spiderman jadi-jadian itu jatuh. Kakinya gemetar sampai tangga juga bergetar, pegangannya sangat erat, pasti jantungnya berdebar dan hampir copot, keringatnya mengucur deras. Tapi alhamdulillah usahanya berhasil. Yes..yes! semua berteriak senang.
Dan tahukah kamu siapa spiderman itu? Dialah Amad Ali Syahbana, mahasiswa UNM dan ketua FLP Ranting UNM.
Label:
Tulisanku
Ketika Bayu Bertamu
Oleh: Pena Hijau
Jauh sebelum malam berganti fajar, saat manusia masih hanyut dalam mimpi malamnya. kadang terdengar suara lirih dari sebuah rumah mungil di jalan perdata kompleks Unhas. Suara yang begitu syahdu dan hampir tak terdengar oleh daun pintu, daun jendela, daun bunga dan daun telinga orang yang sedang tertidur. Suara itu adalah suara tilawah penghuni rumah mungil yang telah dianggapnya sepotong syurga di Antang. Siapa lagi kalau bukan Tono yang rela mengucek matanya, membasahi wajahnya dengan air wudhu, demi untuk sejenak berkomunikasi dengan rabbnya.
Rumah mungil itu dihuni oleh tujuh orang mahasiswa Al Azhar. Yah rumah yang cukup sederhana, sangat sederhana malah. Rumah itu kayak perpustakaan, jika kamu masuk, yang pertama kamu lihat adalah ruang tamu plus rak buku, selebihnya sebuah meja dan karpet coklat yang sudah pudar warnanya. Kamu juga mendapati kamar tidur yang berisi dua ranjang tingkat. Salah satu diantaranya Ranjang yang berkasurkan papan dan Koran. Yah lumayan buat tempat bertengger, dari pada tidur di lantai dan diisap linta tanah.
Walaupun sangat sederhana tapi toh penghuninya sangat bahagia dan merasa tentram, selain mempunyai tetangga yang baik, mereka juga bisa menciptakan keindahan dan kedamaian itusendiri lewat tawa dan canda mereka. Ada-ada saja yang membuat Adam tertawa, Joko terbahak, Anis terpingkal, Dede manyun, Mastur monyong dan Habibi tersenyum simpul bagai bidadari yang menunggu pangeran.
Yah itulah mereka yang biasa menggelar dirinya sebagai laskar pelangi walaupun sebenarnya gelar itu sangat tidak pantas, dan lebih pantas mungkin Para Pencari Tuhan atau Cagur dan Bajaj dalam serial komedi Cagur Naik Bajaj.
>>>>>
Tono dikenal sebagai orang yang paling kalem, di rumah kerjanya hanya bertengger di loteng tingkat dua ranjangnya, ada-ada saja yang dia kerja, mulai dari tilawah, baca novel, nyisir rambut ( ma’lum di dindingnya tertempel cermin seukuran wajah dan sisir kecil menggelantung.) belajar, sampai ngupil. Tono juga dikenal orang yang tergagah di rumah itu, wajahnya yag bersih dan putih, bebas dari jerawat dan komedo. Hidung yang mungil semungil rumahnya, dan gaya sisir ke belakang, mirip Saddam Husain. Setiap cewek yang lewat pasti melirik ke arahnya,dan mereka pun akan bungkam karena pesona yang begitu memukau. Silau man!
Lain halnya dengan Adam, si cerewet dari gua hantu. Mulutnya yang tak berhenti nyerocos kalau ada di rumah. Ada-ada saja yang dia bahas, mulai dari pengalamannya sampai ke hal yang tidak penting. Dan yang paling parah dia paling suka menilai orang, dan tahukah kamu apa yang dinilai oleh Adam? Bibir, yah Adam adalah mister bibir, katanya nih kalau dia bertemu dengan seseorang yang paling pertama dia nilai adalah bentuk bibirnya. Dan berbagai macam bentuk bibir dia hapal benar. Bahkan dia gelar seorang temannya dengan bibir ungu.hati-hati kalau ketemu Adam, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah tutup bibirmu rapat-rapat jangan sampai dia melihatnya. Ada-ada saja istilah yang dikeluarkan Adam, bibir sexy, bibir penuh, bibir bulan purnama, bibir bulan sabit, bibir berkibar, bibir doleng, bibir setengah matang, bibir kelam, bibir yang terluka. dll.
Zaki hampir sama dengan Adam, dia juga cerewet tapi tidak suka menilai orang. Dan Zaki tidak perlu minder ketika Adam berkomentar tentang bibirnya, dia merasa bibirnya baik-baik saja, ga ada masalah bahkan Zaki pede kalau Adam berkomentar tentang bibirnya, Zaki mengandalkan tahi lalat yang berada di bawah bibirnya.
Dede yang berpostur tinggi dan kurus menjadi bintang tiap pagi, dengan kebaikan hatinya dia rela tiap hari memasak air untuk membuat teh buat para konco-konconya. Dede terkenal paling rapi, pakaiannya terlipat rapi dalam lemari kardusnya yang simpan di bawah ranjang dan kadang jadi tempat cicak bertelur. Pria yang berwajah agak kebulean ini paling ahli dalam dekorasi, lihat saja ranjangnya yang seperti ranjang pengantin baru. Baginya ranjangku adalah syurgaku, Dede dengan tenang bisa tidur di ranjang yang berkelambu dengan wangi teh melati, sedang temannya tidur di lantai dan ranjang yang beralaskan papan dan Koran. Digigit semut, diraba linta tanah, dicium nyamuk, dikagumi cicak dengan decak kagumnya dan dilirik oleh tokek yang sedang berpesta pora.
Sebuah cerpen romantis. Akan ada air mata yang tumpah. ( Mr. W. Sastrawan kesiangan )
Jauh sebelum malam berganti fajar, saat manusia masih hanyut dalam mimpi malamnya. kadang terdengar suara lirih dari sebuah rumah mungil di jalan perdata kompleks Unhas. Suara yang begitu syahdu dan hampir tak terdengar oleh daun pintu, daun jendela, daun bunga dan daun telinga orang yang sedang tertidur. Suara itu adalah suara tilawah penghuni rumah mungil yang telah dianggapnya sepotong syurga di Antang. Siapa lagi kalau bukan Tono yang rela mengucek matanya, membasahi wajahnya dengan air wudhu, demi untuk sejenak berkomunikasi dengan rabbnya.
Rumah mungil itu dihuni oleh tujuh orang mahasiswa Al Azhar. Yah rumah yang cukup sederhana, sangat sederhana malah. Rumah itu kayak perpustakaan, jika kamu masuk, yang pertama kamu lihat adalah ruang tamu plus rak buku, selebihnya sebuah meja dan karpet coklat yang sudah pudar warnanya. Kamu juga mendapati kamar tidur yang berisi dua ranjang tingkat. Salah satu diantaranya Ranjang yang berkasurkan papan dan Koran. Yah lumayan buat tempat bertengger, dari pada tidur di lantai dan diisap linta tanah.
Walaupun sangat sederhana tapi toh penghuninya sangat bahagia dan merasa tentram, selain mempunyai tetangga yang baik, mereka juga bisa menciptakan keindahan dan kedamaian itusendiri lewat tawa dan canda mereka. Ada-ada saja yang membuat Adam tertawa, Joko terbahak, Anis terpingkal, Dede manyun, Mastur monyong dan Habibi tersenyum simpul bagai bidadari yang menunggu pangeran.
Yah itulah mereka yang biasa menggelar dirinya sebagai laskar pelangi walaupun sebenarnya gelar itu sangat tidak pantas, dan lebih pantas mungkin Para Pencari Tuhan atau Cagur dan Bajaj dalam serial komedi Cagur Naik Bajaj.
>>>>>
Tono dikenal sebagai orang yang paling kalem, di rumah kerjanya hanya bertengger di loteng tingkat dua ranjangnya, ada-ada saja yang dia kerja, mulai dari tilawah, baca novel, nyisir rambut ( ma’lum di dindingnya tertempel cermin seukuran wajah dan sisir kecil menggelantung.) belajar, sampai ngupil. Tono juga dikenal orang yang tergagah di rumah itu, wajahnya yag bersih dan putih, bebas dari jerawat dan komedo. Hidung yang mungil semungil rumahnya, dan gaya sisir ke belakang, mirip Saddam Husain. Setiap cewek yang lewat pasti melirik ke arahnya,dan mereka pun akan bungkam karena pesona yang begitu memukau. Silau man!
Lain halnya dengan Adam, si cerewet dari gua hantu. Mulutnya yang tak berhenti nyerocos kalau ada di rumah. Ada-ada saja yang dia bahas, mulai dari pengalamannya sampai ke hal yang tidak penting. Dan yang paling parah dia paling suka menilai orang, dan tahukah kamu apa yang dinilai oleh Adam? Bibir, yah Adam adalah mister bibir, katanya nih kalau dia bertemu dengan seseorang yang paling pertama dia nilai adalah bentuk bibirnya. Dan berbagai macam bentuk bibir dia hapal benar. Bahkan dia gelar seorang temannya dengan bibir ungu.hati-hati kalau ketemu Adam, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah tutup bibirmu rapat-rapat jangan sampai dia melihatnya. Ada-ada saja istilah yang dikeluarkan Adam, bibir sexy, bibir penuh, bibir bulan purnama, bibir bulan sabit, bibir berkibar, bibir doleng, bibir setengah matang, bibir kelam, bibir yang terluka. dll.
Zaki hampir sama dengan Adam, dia juga cerewet tapi tidak suka menilai orang. Dan Zaki tidak perlu minder ketika Adam berkomentar tentang bibirnya, dia merasa bibirnya baik-baik saja, ga ada masalah bahkan Zaki pede kalau Adam berkomentar tentang bibirnya, Zaki mengandalkan tahi lalat yang berada di bawah bibirnya.
Dede yang berpostur tinggi dan kurus menjadi bintang tiap pagi, dengan kebaikan hatinya dia rela tiap hari memasak air untuk membuat teh buat para konco-konconya. Dede terkenal paling rapi, pakaiannya terlipat rapi dalam lemari kardusnya yang simpan di bawah ranjang dan kadang jadi tempat cicak bertelur. Pria yang berwajah agak kebulean ini paling ahli dalam dekorasi, lihat saja ranjangnya yang seperti ranjang pengantin baru. Baginya ranjangku adalah syurgaku, Dede dengan tenang bisa tidur di ranjang yang berkelambu dengan wangi teh melati, sedang temannya tidur di lantai dan ranjang yang beralaskan papan dan Koran. Digigit semut, diraba linta tanah, dicium nyamuk, dikagumi cicak dengan decak kagumnya dan dilirik oleh tokek yang sedang berpesta pora.
Label:
Cerpen :Ketika Bayu Bertamu
Jurnalis Forever
Jurnalis, media, buat berita, meliput, kata itu tidak pernah lepas dari pendengaranku. Padahal sebenarnya saya ga begitu berbakat jadi jurnalis, lah wong memang mahasiswa syari’ah bukan komunikasi. Namun lagi-lagi ah! Semua bias terjadi! Apapun bisa terjadi, kepada siapapun bisa terjadi, dan hal itulah yang terjadi padaku, menimpaku, menindisku, menertawaiku, menarik kupingku! Hem jurnalis! Tidak di partai, di kampus, di rumah, bahkan di sebuah drama, ma’lum bakat jadi aktor sih! Di partai saya sebagai tim media, yah keseharian meliput kegiatan partai buat berita dan dikirim ke media, di kampus sebagai pimred majalah dinding, tiap pekan bergelut dengan kertas , cerita fiksi dan lem. Saya rasa pekerjaan yang dua itu sudah cukup di bagian jurnalistik, aku pengen coba yang lain. Ikut paduan suara, nasyid. Namun suaraku ya ampun ga bisa keluar kalau di depan orang banyak. Malu-maluin! Dan ketika BEM Kampus dilantik, lagi-lagi aku ditempatkan di bagian media! Haaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!! Dan yang lebih parah lagi, ketika perlombaan drama, aku lagi-lagi berperan sebagai wartawan yang meliput di Gaza. Sudah jadi jurnalis, dalam drama ceritanya aku harus ditembak mati. Tapi ga papalah! Jurnalis juga enak kok! Suer deh
Label:
aktivitas kampus
Maafkan Kami Gazzah
Oleh: Ustad Muzakkir Arif
Maafkan kami Gazzah…
Kami mencintaimu Gazzah
Kami mengenalmu sebagai tanah jihad, tanah pahlawan, tanah kemuliaan
Engkaulah gazwah, Engkaulah izzah, engkaulah azzam
Kami tahu engkau sedang mengerang kesakitan
Kami tahu engkau sedang terluka
Kami tahu, engkau sedang menjadi ujicoba
Kami tidak tinggal diam. Kami berdo’a untuk keselamatanmu
Kami berdoa untuk para mujahidmu
Kami berdoa untuk para yatimmu, jandamu,cacatmu,pasienmu
Kami berkumpul membicarakanmu
Kami mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk mendengarkan bebanmu
Kami mencintaimu Gazzah, Kami merindukanmu Gazzah
Maafkan kelemahan kami, maafkan, kami belum dapat mengunjungimu
Terima kasih Gazzah, engkau mengajarkan banyak hal
Engkau telah membangkitkan kami untuk bersatu
Engkau telah menyadarkan kami pada musuh kita bersama
Zionis yahudi Israel terlaknat
Engkau telah membangunkan kami
Untuk lebih terarah dalam perjuangan islam
Terima kasih Gazzah, guru kami, terima ksih Gazzah, inspirasi kami
Terima kasih Gazzah, spirit kami, terima kasih Gazzah
Tanah kami di Palestina terjajah
Teruslah melawan Israel, kami mendukungmu
Allah bersama kita, Allahu Akbar!!!
dibacakan oleh :Ustad Mudzakkir Arif saat Tabliq akbar
Maafkan kami Gazzah…
Kami mencintaimu Gazzah
Kami mengenalmu sebagai tanah jihad, tanah pahlawan, tanah kemuliaan
Engkaulah gazwah, Engkaulah izzah, engkaulah azzam
Kami tahu engkau sedang mengerang kesakitan
Kami tahu engkau sedang terluka
Kami tahu, engkau sedang menjadi ujicoba
Kami tidak tinggal diam. Kami berdo’a untuk keselamatanmu
Kami berdoa untuk para mujahidmu
Kami berdoa untuk para yatimmu, jandamu,cacatmu,pasienmu
Kami berkumpul membicarakanmu
Kami mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk mendengarkan bebanmu
Kami mencintaimu Gazzah, Kami merindukanmu Gazzah
Maafkan kelemahan kami, maafkan, kami belum dapat mengunjungimu
Terima kasih Gazzah, engkau mengajarkan banyak hal
Engkau telah membangkitkan kami untuk bersatu
Engkau telah menyadarkan kami pada musuh kita bersama
Zionis yahudi Israel terlaknat
Engkau telah membangunkan kami
Untuk lebih terarah dalam perjuangan islam
Terima kasih Gazzah, guru kami, terima ksih Gazzah, inspirasi kami
Terima kasih Gazzah, spirit kami, terima kasih Gazzah
Tanah kami di Palestina terjajah
Teruslah melawan Israel, kami mendukungmu
Allah bersama kita, Allahu Akbar!!!
dibacakan oleh :Ustad Mudzakkir Arif saat Tabliq akbar
Label:
Tulisanku
Air Mata Ustadku
Goresan Cinta Buat Ustad Mudzakkir Arif
Ah ustad! Antum benar-benar masih seperti dulu, gaya bahasa, bicara, gerak tubuh. Ah masih ustadku. Kata-kata yang keluar dari lisanmu selalu membuatku terenyuh, begitu dalam makna yang dia kandung, begitu tulus hati orang yang mengucapkannya. Ah ustad! Masih seperti dulu, belum berubah! Yang berubah hanyalah wajahmu, kamu Nampak agak tua sekarang, rambutmu sedikit memutih. Namun itu tidak membuat izzahmu berkurang. Ah ustadku! Dibalik ketuaan itu, wajahmu kian bercaya. Cahaya apakah itu? Itukah cahaya iman? Ataukah cahaya ikhlash? Atau cahaya sabar? Seperti yang ustad sering ajarkan pada kami setiap tanggal 14? Karena itu adalah hari pengajianmu! Ah ustad, air mataku mengalir ketika melihatmu menangis tersedu di atas panggung! Ya Allah rahmati ustadku! lindungi dia, dan tetapkanlah kaki kami di jalan dakwah ini, sampai malaikatmu datang mencabut nyawa kami!
Ah ustad! Antum benar-benar masih seperti dulu, gaya bahasa, bicara, gerak tubuh. Ah masih ustadku. Kata-kata yang keluar dari lisanmu selalu membuatku terenyuh, begitu dalam makna yang dia kandung, begitu tulus hati orang yang mengucapkannya. Ah ustad! Masih seperti dulu, belum berubah! Yang berubah hanyalah wajahmu, kamu Nampak agak tua sekarang, rambutmu sedikit memutih. Namun itu tidak membuat izzahmu berkurang. Ah ustadku! Dibalik ketuaan itu, wajahmu kian bercaya. Cahaya apakah itu? Itukah cahaya iman? Ataukah cahaya ikhlash? Atau cahaya sabar? Seperti yang ustad sering ajarkan pada kami setiap tanggal 14? Karena itu adalah hari pengajianmu! Ah ustad, air mataku mengalir ketika melihatmu menangis tersedu di atas panggung! Ya Allah rahmati ustadku! lindungi dia, dan tetapkanlah kaki kami di jalan dakwah ini, sampai malaikatmu datang mencabut nyawa kami!
Label:
Tulisanku
Semangat itu Muncul Bersama Butiran Air Mata
Pekikan takbir melengking dari ribuan peserta tabliq akbar KOMAT . saat orator membakar jiwa dan semangat, maka takbir pun membahana menjulang ke cakrawala. Semangat yang dulunya luntur kini bangkit kembali, dan kusadari inilah arti dari sebuah kebersamaan. Bila seorang futur maka yang lain membangkitkan. Sungguh! Dan dikala semangat itu membuncah tiba-tiba ada butiran hangat jatuh dari retina. Ah cengeng! Bukan! Bukan cengeng saudaraku!
Tabliq akbar
25 January 2009 2009
Mesjid Baiturrahman
25 January 2009 2009
Mesjid Baiturrahman
Label:
Tulisanku
Salafi Kok Ga Nongol Yah?
Subhanallah ummat islam tumpah ruah menghadiri acara tabliq akbar yang diselenggalarakan di mesjid Baiturrahman Panaikang. Berbagai ormas islam hadir, ada Wahdah Islamiyah, HTI, MUhammadiah, MUI, PKS. Ada getaran yang berbeda saat satu sama lain saling menyapa. Kebekuan mencair, secair air. Tidak ada lagi kata sungkan untuk menyapa teman-teman dari haraqah lain. Indahnya kebersamaan! Tapi ngomong-ngomong kok dari Salafy ga nongol yah! Oh lagi berjuang di tempat lain kayaknya.
Label:
Tulisanku
Undangan Buat Kami dari Wahdah Islamiyah
Alisku sedikit terangkat saat mendapat SMS dari Murabbi, yang mengabarkan bahwa Wahdah Islamiyah mengundang PKS untuk ikut tablig akbar di mesjid Baiturrahman Panaikang. Tidak biasanya! Tumben, begitu pikiranku. Namun rasa senang tak bisa luput dari perasaanku, girang! Tablig akbarnya mengususng tema: ummat islam peduli Palestina. Yah..semoga ini adalah awal dari persatuan, tidak ada lagi pengkotak-kotakan, walauapun berbeda fikrah tapi tetap bersatu. Insyaallah aku akan memenuhi da’wah ( Undangan ) Wahdah Islamiyah. Besok, ahad 25 January 2009.
Label:
Tulisanku
1.23.2009
Jeritan Tong sampah
Terpanggang sinar matahari yang membakar menjadi santapanku setiap hari. Kadang air hujan pun turun mengguyur membuatku basah kuyup, tapi aku tak pernah beranjak dari tempatku. Tetap berdiri di pojok jalan menikmati semua tingkah angkuh manusia. Melihat mereka tertawa terbahak menikmati kebahagiaan, tanpa sadar bahaya sedang mengintai mereka. Yah..bahaya itu datang akibat ulahnya sendiri.
Pagi ini kembali kumenatap mentari di timur, cahayanya menghangatkanku yang semalam diguyur hujan deras. Seperti biasa, Diana, bocah kecil yang tinggal di sekitar kanal yang kotor datang menyapaku. Dengan mukanya yang lusuh dia menyambut pagi bersama perut yang keroncongan. Langkahnya tertatih ke arahku. Apa yang akan aku berikan padanya? aku tidak punya apa-apa. Bahkan nasi sisa yang biasanya didapatkan Diana dariku kini tak ada lagi. Bocah itu semakin mendekat, bibirnya mengucapkan sesuatu yang tak kumengerti. Mungkin dia sedang berdendang menghibur dirinya.
Tangan mungilnya menyentuh kulitku yang sudah lecet. Kemudian dia mulai memasukkan tangannya mencari sesuatu yang bisa dijadikan pengganjal perut. Tapi tak ada yang dia dapatkan, aku kosong tak berisi apa-apa. Yah…sebagai tempat sampah aku merasa tidak berguna, karena tidak dimanfaatkan manusia. Mereka lebih suka membuang sampahnya di tengah jalanan, di selokan dan kanal.
Sejak berada di tempat ini dua tahun yang lalu, hanya sedikit manusia yang mau mempergunakanku sebagaimana mestinya. Itupun dulu sewaktu Haji Makmur dan istrinya masih berjualan di pasar ini. Setiap pagi mereka mengisiku dengan sampah, aku merasa sangat bangga dan tersanjung. Tapi itu dulu, sekarang tidak lagi. Mereka sudah pindah ke tempat yang lain, aku sedih tak ada lagi yang peduli padaku. Bahkan manusia yang angkuh sering mencaciku, katanya aku menghalangi jalan mereka.
Ah sudahlah…aku masih bersabar dengan segala perlakuan manusia. Biarkan berjalan apa adanya. Yang aku pikir sekarang adalah Diana yang menangis di dekatku sambil memegang perutnya. Ah..andai saja Haji Makmur masih ada disini. Pasti si kecil Diana tak kelaparan seperti ini. yah pasangan suami istri itu sangat mencintai Diana dan menganggapnya sebagai anak sendiri.
“ Aku lapar…” desah Diana sambil menatapku nanar, andai saja aku bisa berbicara, aku akan menghibur dan berdendang untuknya. Tapi apalah artinya daku yang hanya sebuah tong sampah tua. Dan Diana pun melangkah meninggalkanku dengan mata yang sembab. Entah mau kemana bocah itu.
>>>>>
Seorang laki berpostur tinggi berjalan ke arahku sambil membawa kantongan besar. Hatiku berlonjak girang mengharap kantongan itu akan menjadi bagianku. Langkahnya semakin dekat membuatku berdedar hebat, apalagi ketika dia berhenti tepat di depanku. Dia tersenyum, akupun membalas senyumnya walau ia tidak tahu bahwa aku tersenyum padanya. Senyumku ini adalah senyum termanis menyambut seorang yang akan peduli padaku, tapi….
“ Tong sampah jelek, karatan, mana bisa menampung sampah.” Hujatnya sambil berlalu dan melemparkan sampah itu di kanal. Senyumku pudar digantikan amarah yang meninggi. Aku tidak mau lagi berada disini, aku capek dengan perlakuan manusia. Aku merutuki nasibku, tapi lagi-lagi wajah Diana tergambar jelas. Dimana lagi dia akan menumpahkan air matanya kalau aku tidak lagi disini? Loh memangnya aku bisa berjalan dan melarikan diri dari tempat yang begitu menyiksa ini? kapankah ini akan berakhir?
“ Woi..tong sampah! Aku marah pada manusia! kenapa yang menjadi hakmu semua dilimpahkan padaku?” Teriak kanal kepadaku dengan nada jengkel. Aku tersadar bahwa korban keteteledoran manusia bukan hanya aku, tapi juga kanal. Dulu airnya begitu jernih, banyak orang yang suka memandanginya. Tiap Minggu pagi orang ramai berdatangan hanya untuk menyaksikan aliran airnya yang begitu jernih. Tapi kini manusia enggan untuk menoleh ke arahnya, bahkan ketika mereka melihat kanal perasaan ingin muntah yang muncul. Mereka menutup hidung karena tak tahan akan bau kanal, tanpa sadar bahwa mereka sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi.
“ Aku juga kanal! Aku marah, karena manusia tidak pernah memperhatikanku.” Jawabku
“ Apa mereka tidak takut dengan bahaya yang akan ditimbulkan oleh ulah mereka ini?”
“ Entahlah! Aku sudah tak tahan dengan kelakuan manusia.”
“ Aku juga, tapi kita harus bersabar, semoga saja manusia sadar.”
“ butuh waktu berapa lama?”
“ sampai kesabaran itu hilang.” Katanya, dan suasana kembali senyap.
>>>>>>
Mengingat perkataan orang yang pernah menghujatku, aku jadi tersadar bahwa aku memang sudah tua untuk memikul beban yang berat. Di bagian tubuhku terdapat lobang-lobang kecil yang menambah kelemahanku. Tapi aku tidak peduli, biarkan aku memikul semua beban itu sampai aku hancur karenanya. Dari pada aku hanya menganggur menanti kehancuran itu datang.
Kembali kumenyambut pagi dengan segunjing senyum yang dipaksakan. tapi senyum itu menjadi senyum yang terindah ketika melihat sosok yang begitu menyejukkanku. Haji Makmur datang bersama istrinya. Setelah melihat kanal dia menatapku dengan kening berkerut.
“ Tong sampah sudah tua yah?” tanyanya pada istrinya
“ Iya sudah karatan dan berlubang dimana-mana.”
“ kita cat yah? Biar kelihatan baru.” Tawarnya pada istrinya
“ Baiklah.”
Aku tersenyum bangga dengan kulitku yang baru. Warnaku yang cerah banyak menarik perhatian orang. Para penghuni pasar heran melihatku. Mereka bertanya-tanya siapa gerangan yang menyulapku seperti ini. jauh diseberang jalan haji Makmur dan istrinya tersenyum bangga.
“ Wah siapa yang ngecat tong sampah jelek ini?” Tanya seorang penjual pisang
“ Kurang tahu. Jadi kelihatan baru yah?” jawab ibu lainnya
“ Iya..”
“ Loh..kenapa buang sampah di kanal? Inikan ada tempat sampah?” Tegur seorang ibu pada lelaki yang dulu menghujatku saat akan membuang sampah di kanal.
“ tempat sampah itu masih baru, sayang kalau kotor.” Jawabnya tersenyum sinis
“ iya juga yah.” Timpal ibu-ibu yang lain. kemudian mereka berombongan membuang sampah di kanal. Aku terperangah, saya kira dengan wajahku yang baru, aku akan dipergunakan dengan baik. Tapi toh kenyataannya tidak.
“ Hei..manusia! kenapa kalian seperti ini! aku bukan tempat sampah.” Teriak kanal ketika sampah berjatuhan ke arahnya. Tapi manusia tiada peduli.
“ Aku marah!” teriaknya lagi
“ Apakah kesabaran itu masih ada?” tanyaku pada kanal tapi tidak digubris. Yang kudengar hanya gemuruh amarah kanal yang kian memuncak. Mungkin kesabarannya sudah habis.
>>>>>
langit tak berbintang menambah kelamnya malam. Angin malam menghembuskan hawa dingin yang begitu menyengat. Sepertinya langit akan menumpahkan airnya ke bumi. Dan benar saja, rintikan hujan mulai turun dan lama-kelamaan menjadi hujan deras. Hujan kali ini lebih deras dari sebelumnya.
“ Tong sampah kini saatnya kita marah?” Suara kanal bergemuruh diantara derasnya hujan
“ maksud kamu?” Tanyaku heran
“ Biarkan manusia merasakan hasil ulahnya selama ini. biartan mereka menangis!” teriak kanal dengan nada puas.
“ Tolong…tolong…banjir!!” teriakan para warga pasar dan sekitar kanal berebutan memecah langit. Aku jadi teringat Diana. Bagaimana nasibnya?
“ Ha…ha…rasakan kalian orang sombong!” kanal mengumpat
Dan kulihat beberapa orang terbawa arus di bawah sana dan air kian meninggi sampai menyentuh tubuhku. Aku mau lari tapi tidak mungkin, biarlah! Mungkin ini adalah akhir dari semuanya. Ketika air hampir menenggelamkanku tiba-tiba tubuhku diangkat oleh seorang laki-laki. Bukankah orang itu? Yah dia yang pernah menghujatku dengan mengatakan aku tempat sampah yang tua. Orang yang tadi pagi tidak mau membuang sampah padaku. kenapa dia menyelamatkanku? Adakah dia kasihan?
“ ha..ha..daripada kamu ikut hanyut, lebih baik kamu dijual.” Katanya terkekeh meninggalkan lokasi banjir. Inikah alasannya tadi pagi sehingga dia tidak mau mengotoriku dengan sampah? Ah..aku akan dijual? Lalu Diana?
“ Tolong….” Aku tersentak mendangar teriakan Diana.
“ Diana…!!” Teriakku melihat Diana terbawa arus, sedang aku sudah dibawa lari oleh pencuri. Akankah besok aku masih menjadi tempat sampah? Ataukah menjadi barang timbangan?
“ tong sampah…kamu dimana? Kita balas dendam. Ha..ha..” terdengar suara kanal yang seakan menghilang.
>>>>>>
Kudengar berita bahwa banyak manusia menjadi korban banjir, diantaranya tewas terbawa arus dan tertimpa reruntuhan. aku hanya berharap Diana selamat dalam peristiwa itu. Lamunanku disadarkan oleh tempaan yang begitu keras menghantam tubuhku. Aku menjerit, ternyata riwayatku di ambang batas. Dengan sekuat tenaga laki-laki itu menghantamku dengan palu besar, akupun berteriak menahan sakit. Sebelum aku pergi untuk selamanya, aku hanya berpesan pada manusia. agar mereka menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya. Semoga kejadian seperti kemarin tidak terulang lagi.
Pagi ini kembali kumenatap mentari di timur, cahayanya menghangatkanku yang semalam diguyur hujan deras. Seperti biasa, Diana, bocah kecil yang tinggal di sekitar kanal yang kotor datang menyapaku. Dengan mukanya yang lusuh dia menyambut pagi bersama perut yang keroncongan. Langkahnya tertatih ke arahku. Apa yang akan aku berikan padanya? aku tidak punya apa-apa. Bahkan nasi sisa yang biasanya didapatkan Diana dariku kini tak ada lagi. Bocah itu semakin mendekat, bibirnya mengucapkan sesuatu yang tak kumengerti. Mungkin dia sedang berdendang menghibur dirinya.
Tangan mungilnya menyentuh kulitku yang sudah lecet. Kemudian dia mulai memasukkan tangannya mencari sesuatu yang bisa dijadikan pengganjal perut. Tapi tak ada yang dia dapatkan, aku kosong tak berisi apa-apa. Yah…sebagai tempat sampah aku merasa tidak berguna, karena tidak dimanfaatkan manusia. Mereka lebih suka membuang sampahnya di tengah jalanan, di selokan dan kanal.
Sejak berada di tempat ini dua tahun yang lalu, hanya sedikit manusia yang mau mempergunakanku sebagaimana mestinya. Itupun dulu sewaktu Haji Makmur dan istrinya masih berjualan di pasar ini. Setiap pagi mereka mengisiku dengan sampah, aku merasa sangat bangga dan tersanjung. Tapi itu dulu, sekarang tidak lagi. Mereka sudah pindah ke tempat yang lain, aku sedih tak ada lagi yang peduli padaku. Bahkan manusia yang angkuh sering mencaciku, katanya aku menghalangi jalan mereka.
Ah sudahlah…aku masih bersabar dengan segala perlakuan manusia. Biarkan berjalan apa adanya. Yang aku pikir sekarang adalah Diana yang menangis di dekatku sambil memegang perutnya. Ah..andai saja Haji Makmur masih ada disini. Pasti si kecil Diana tak kelaparan seperti ini. yah pasangan suami istri itu sangat mencintai Diana dan menganggapnya sebagai anak sendiri.
“ Aku lapar…” desah Diana sambil menatapku nanar, andai saja aku bisa berbicara, aku akan menghibur dan berdendang untuknya. Tapi apalah artinya daku yang hanya sebuah tong sampah tua. Dan Diana pun melangkah meninggalkanku dengan mata yang sembab. Entah mau kemana bocah itu.
>>>>>
Seorang laki berpostur tinggi berjalan ke arahku sambil membawa kantongan besar. Hatiku berlonjak girang mengharap kantongan itu akan menjadi bagianku. Langkahnya semakin dekat membuatku berdedar hebat, apalagi ketika dia berhenti tepat di depanku. Dia tersenyum, akupun membalas senyumnya walau ia tidak tahu bahwa aku tersenyum padanya. Senyumku ini adalah senyum termanis menyambut seorang yang akan peduli padaku, tapi….
“ Tong sampah jelek, karatan, mana bisa menampung sampah.” Hujatnya sambil berlalu dan melemparkan sampah itu di kanal. Senyumku pudar digantikan amarah yang meninggi. Aku tidak mau lagi berada disini, aku capek dengan perlakuan manusia. Aku merutuki nasibku, tapi lagi-lagi wajah Diana tergambar jelas. Dimana lagi dia akan menumpahkan air matanya kalau aku tidak lagi disini? Loh memangnya aku bisa berjalan dan melarikan diri dari tempat yang begitu menyiksa ini? kapankah ini akan berakhir?
“ Woi..tong sampah! Aku marah pada manusia! kenapa yang menjadi hakmu semua dilimpahkan padaku?” Teriak kanal kepadaku dengan nada jengkel. Aku tersadar bahwa korban keteteledoran manusia bukan hanya aku, tapi juga kanal. Dulu airnya begitu jernih, banyak orang yang suka memandanginya. Tiap Minggu pagi orang ramai berdatangan hanya untuk menyaksikan aliran airnya yang begitu jernih. Tapi kini manusia enggan untuk menoleh ke arahnya, bahkan ketika mereka melihat kanal perasaan ingin muntah yang muncul. Mereka menutup hidung karena tak tahan akan bau kanal, tanpa sadar bahwa mereka sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi.
“ Aku juga kanal! Aku marah, karena manusia tidak pernah memperhatikanku.” Jawabku
“ Apa mereka tidak takut dengan bahaya yang akan ditimbulkan oleh ulah mereka ini?”
“ Entahlah! Aku sudah tak tahan dengan kelakuan manusia.”
“ Aku juga, tapi kita harus bersabar, semoga saja manusia sadar.”
“ butuh waktu berapa lama?”
“ sampai kesabaran itu hilang.” Katanya, dan suasana kembali senyap.
>>>>>>
Mengingat perkataan orang yang pernah menghujatku, aku jadi tersadar bahwa aku memang sudah tua untuk memikul beban yang berat. Di bagian tubuhku terdapat lobang-lobang kecil yang menambah kelemahanku. Tapi aku tidak peduli, biarkan aku memikul semua beban itu sampai aku hancur karenanya. Dari pada aku hanya menganggur menanti kehancuran itu datang.
Kembali kumenyambut pagi dengan segunjing senyum yang dipaksakan. tapi senyum itu menjadi senyum yang terindah ketika melihat sosok yang begitu menyejukkanku. Haji Makmur datang bersama istrinya. Setelah melihat kanal dia menatapku dengan kening berkerut.
“ Tong sampah sudah tua yah?” tanyanya pada istrinya
“ Iya sudah karatan dan berlubang dimana-mana.”
“ kita cat yah? Biar kelihatan baru.” Tawarnya pada istrinya
“ Baiklah.”
Aku tersenyum bangga dengan kulitku yang baru. Warnaku yang cerah banyak menarik perhatian orang. Para penghuni pasar heran melihatku. Mereka bertanya-tanya siapa gerangan yang menyulapku seperti ini. jauh diseberang jalan haji Makmur dan istrinya tersenyum bangga.
“ Wah siapa yang ngecat tong sampah jelek ini?” Tanya seorang penjual pisang
“ Kurang tahu. Jadi kelihatan baru yah?” jawab ibu lainnya
“ Iya..”
“ Loh..kenapa buang sampah di kanal? Inikan ada tempat sampah?” Tegur seorang ibu pada lelaki yang dulu menghujatku saat akan membuang sampah di kanal.
“ tempat sampah itu masih baru, sayang kalau kotor.” Jawabnya tersenyum sinis
“ iya juga yah.” Timpal ibu-ibu yang lain. kemudian mereka berombongan membuang sampah di kanal. Aku terperangah, saya kira dengan wajahku yang baru, aku akan dipergunakan dengan baik. Tapi toh kenyataannya tidak.
“ Hei..manusia! kenapa kalian seperti ini! aku bukan tempat sampah.” Teriak kanal ketika sampah berjatuhan ke arahnya. Tapi manusia tiada peduli.
“ Aku marah!” teriaknya lagi
“ Apakah kesabaran itu masih ada?” tanyaku pada kanal tapi tidak digubris. Yang kudengar hanya gemuruh amarah kanal yang kian memuncak. Mungkin kesabarannya sudah habis.
>>>>>
langit tak berbintang menambah kelamnya malam. Angin malam menghembuskan hawa dingin yang begitu menyengat. Sepertinya langit akan menumpahkan airnya ke bumi. Dan benar saja, rintikan hujan mulai turun dan lama-kelamaan menjadi hujan deras. Hujan kali ini lebih deras dari sebelumnya.
“ Tong sampah kini saatnya kita marah?” Suara kanal bergemuruh diantara derasnya hujan
“ maksud kamu?” Tanyaku heran
“ Biarkan manusia merasakan hasil ulahnya selama ini. biartan mereka menangis!” teriak kanal dengan nada puas.
“ Tolong…tolong…banjir!!” teriakan para warga pasar dan sekitar kanal berebutan memecah langit. Aku jadi teringat Diana. Bagaimana nasibnya?
“ Ha…ha…rasakan kalian orang sombong!” kanal mengumpat
Dan kulihat beberapa orang terbawa arus di bawah sana dan air kian meninggi sampai menyentuh tubuhku. Aku mau lari tapi tidak mungkin, biarlah! Mungkin ini adalah akhir dari semuanya. Ketika air hampir menenggelamkanku tiba-tiba tubuhku diangkat oleh seorang laki-laki. Bukankah orang itu? Yah dia yang pernah menghujatku dengan mengatakan aku tempat sampah yang tua. Orang yang tadi pagi tidak mau membuang sampah padaku. kenapa dia menyelamatkanku? Adakah dia kasihan?
“ ha..ha..daripada kamu ikut hanyut, lebih baik kamu dijual.” Katanya terkekeh meninggalkan lokasi banjir. Inikah alasannya tadi pagi sehingga dia tidak mau mengotoriku dengan sampah? Ah..aku akan dijual? Lalu Diana?
“ Tolong….” Aku tersentak mendangar teriakan Diana.
“ Diana…!!” Teriakku melihat Diana terbawa arus, sedang aku sudah dibawa lari oleh pencuri. Akankah besok aku masih menjadi tempat sampah? Ataukah menjadi barang timbangan?
“ tong sampah…kamu dimana? Kita balas dendam. Ha..ha..” terdengar suara kanal yang seakan menghilang.
>>>>>>
Kudengar berita bahwa banyak manusia menjadi korban banjir, diantaranya tewas terbawa arus dan tertimpa reruntuhan. aku hanya berharap Diana selamat dalam peristiwa itu. Lamunanku disadarkan oleh tempaan yang begitu keras menghantam tubuhku. Aku menjerit, ternyata riwayatku di ambang batas. Dengan sekuat tenaga laki-laki itu menghantamku dengan palu besar, akupun berteriak menahan sakit. Sebelum aku pergi untuk selamanya, aku hanya berpesan pada manusia. agar mereka menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya. Semoga kejadian seperti kemarin tidak terulang lagi.
Label:
cerpen
Desiran Hati yang Hilang
Ring tone hape ku mengalun membuat aku yang tadinya sudah melayang ke alam mimpi terbangun kembali. Sambil menguap dan mengucek mata kubuka SMS yang masuk. Mataku sedikit terbelalak melihat nama yang tertera di layar Hp ku. Fitri? Gadis itu mengirim SMS padaku?
Asslm. Ri, pa kbr. lama nih ga ketemu. Bsk ada acara di rmh Lisa. Km datang yahh!! f3
rasa ngantuk yang tadinya mendera hilang seketika. Wah pengaruh sms dari Fitri hebat juga. Langsung saja kubalas smsnya
wslm. Kbr baik. Km gmn? Iya sy usahakan datang.
Awas loh kalo ga dtg! Kbrku baik. Udah yah! Mau tdr nieh!
Smsan pun usai. Aku terdiam sejenak, mengingat gadis yang baru saja kutemani sms-an. Fitri? Nama yang sudah lama terukir dihatiku, tapi lambat laun terkubur oleh kesibukan kuliah dan organisasi. Sekarang secara tiba-tiba nama itu muncul kembali menebarkan bunga-bunga cinta yang begitu wangi. Menggetarkan hati dengan desiran-desiran halus. Ah…indah.
Rasanya ingin kuberlari menyongsong pagi dan meninggalkan malam dengan hiasan gugusan bintangnya. Tapi waktu berjalan dengan lambat menimbulkan kejengkelan bagi sang pangeran yang sedang menanti saat-saat paling indah. Lagu jangkrik di alam luar menimbulkan kesunyian yang begitu mendalam. Nyanyian yang begitu sendu membangkitkan jiwa melankolis untuk menjamah dunia khayal. Dan yah…dunia khayal yang begitu menyenangkan dengan segala kemustahilan yang tercipta. Dinda, apa kabar kau disana. Kukirim salam lewat angin malam yang begitu menyengat. Biarlah kesunyian ini yang menggambarkan betapa hati ini merinduimu. Entah kenapa kata-kata itu keluar dari mulutku sebelum aku terlelap bersama sejuta mimpi. Bintang mengintipku sambil menari bersama rembulan.
>>>>
jam delapan malam, aku tiba di rumah Lisa. Alangkah gembiranya bisa bertemu dengan teman-temanku. Setelah lama berpetualang dengan kesibukan masing-masing, akhirnya di malam tahun baru ini kami bertemu kembali. Yah semacam reunian. Di malam tahun baru ini kembali mulut kami berceloteh tentang masa lampau. Masa yang terindah saat seragam putih abu-abu menjalani masa remajanya. Mencari jati dirinya dengan berbagai cara.
“ Hei..kamu tambah cakep aja. Tapi sayang tinggi badan kamu tidak bertambah.” Sapa Nia pada shaleh. Yang disapa Cuma nyengir disambut oleh cekikikan teman-teman yang lain.
“ Ari…kok tidak ngajak cewek kamu sih.” Lagi-lagi Nia.
“ kan udah ada kamu.” Jawabku tersenyum, Alhasil wajah Nia merah karena menahan malu. Ah malu apa senang? He.he..Nia pernah naksir aku waktu masih SMA dulu.
Kulirik jam tanganku, sudah satu jam berlalu tapi yang ditunggu belum juga muncul. kemana Fitri? Aku mulai resah.
‘ Hei..Ri!” Suara itu mengagetkanku
“ Eh..Lisa. pa kabar kamu?” Tanyaku dengan ekspresi kaget. Yang ditanya malah tersenyum lebar.
“ Baik..kamu kok kelihatan gelisah?” Tanya gadis cantik berjilbab itu.
“ Entahlah! Ngomong-ngomong Fitri dimana?”
“ Oww..a..aku tidak tahu. Entar juga datang kok.” Jawabnya sedikit tergagap. Aku bisa menebak kenapa gadis yang anti pacaran itu tergagap ketika aku menanyakan tentang sohibnya. Karena dia tahu aku punya perasaan pada teman aktivisnya di Rohis dulu. Saat itu fitri menolak aku. Untuk pertama kalinya aku ditolak oleh seorang gadis.
“ Maaf Ri! Tidak ada kamus pacaran dalam hidupku. Aku ingin menjadi orang pertama yang mencintai suamiku nanti dan begitu pula sebaliknya.” Kata Fitri waktu itu. Dan saat itu pula aku menaruh simpati padanya. dan sampai sekarang rasa itu masih ada. Tidak salahkan kalau aku mencintai seseorang karena kesholehannya?
“ kamu kenapa Lisa? Kok kelihatan gugup gitu?” Tannyaku
“ Em gak! Saya sudah tidak pernah ketemu Fitri lagi.” Jawabnya. Kulihat wajahnya pias.
“ Oh..gitu! moga aja dia datang sebentar agar kalian bisa bertemu lagi.”
“ Semoga”
>>>>
Ah,,bagaimana dengan Fitri sekarang? Kubayangkan dia datang dengan jilbabnya yang lebar dan rapi. Baju kurung biru kesukaannya . wajahnya pasti makin ayu. Aduh...jadi deg-degan nih. Dan yang dinanti pun datang.
“ Ari…” teriak seorang gadis dengan suara cemprengnya sambil melambaikan tangan ke arahku. Karena melihat gadis itu aku jadi mengerutkan kening. “ Siapa yah?” Tanyaku dalam hati sebelum gadis itu menghampiriku. Dan ketika jaraknya semakin dekat. Aku seolah tertohok, kaget tak terkira. Cewek dengan busana sexy itu adalah Fitri? Tidak mungkin! Tapi ketika gadis itu berdiri didepanku, aku tak bisa mengelak lagi. Itu adalah Fitri!
Kulihat sekelilingku. Semuanya terdiam memandangi kami. Mungkin mereka heran melihat perubahan yang terjadi pada gadis berlesung pipi itu. Lisa menatapku dalam-dalam. Disana ada mata yang berkaca melihat perubahan teman seperjuangannya, aku tahu ini sangat menyakitkan baginya.
“ Ari!” Tegur Fitri melihatku terbengong
“ Eh..iya. ada apa?” Jawabku
“ kenapa kamu bengong?”
“ kamu kok berubah seperti ini?” Tanyaku ambil menunjuk pakaian yang ia kenakan.
“ Semua orang bisa berubah Ri! Dan inilah aku!” Katanya tanpa ragu
“ Terus terang aku kecewa dengan kamu.” Kataku tanpa melihatnya
“ Ga usah kecewa seperti itu dong Ri!”
“ Ok! Aku mau pulang sekarang.” Aku berdiri dari tempat dudukku dan beranjak pergi.
“ Jangan dulu, ada sesuatu yang ingin aku dengar dari kamu.”
“ Oke! Aku tidak suka dengan perubahan kamu.” Kataku dengan emosi. “ Hanya ini yang kamu mau perlihatkan padaku dan teman-teman. Tentang perubahan gila kamu! Hingga aku bela-belain menunggu kamu. berharap kamu datang dengan cahaya taqwa itu, tapi ternyata kamu datang dengan bertanduk.” Makiku
“ Terserah kamu Ri! Bukan itu maksudku memanggilmu kesini. Aku hanya ingin mendengar kata yang pernah kau ucapkan dulu. Kamu bilang kamu suka aku. Tapi kenapa kau menyakitiku seperti ini?” katanya
“ Maaf Fit. Tidak ada kamus pacaran dalam hidupku. Bukankah kamu yang mengajariku seperti itu? Yang akan kucintai sebagai kekasih adalah istriku nanti.” Ucapku tanpa sadar aku melirik ke arah Lisa yang sedang berada didekatku. Dia bermaksud melerai kami. Lisa hanya menunduk. Maafkan aku Lisa. Aku tidak bermaksud.
“ Jadi?”
“ kamu sendiri yang menjatuhkan izzahmu di mataku. Selamat tinggal Fit. Saya harap kamu kembali ke jalanNya.” Aku melangkah dengan cepat meninggalkan Fitri yang terisak. Tak terasa ada butiran yang jatuh dari retinaku. Bulir hangat itu mengalir perlahan membuktikan sakit hati yang mendera. Penantian selama tiga tahun telah hancur.
>>>>
Kupacu motorku meninggalkan rumah Lisa, menerobos pekatnya malam. “ Aku benci…..fitri.” Teriakku sambil terisak. Suaraku beradu dengan deru kendaraan di jalan raya. Hapeku bergetar di saku celanaku. Segera kumenepi.
Kamu mau tahu kenapa aku berubah? Itu karena aku sudah ternoda. Dan suamiku menginginkan aku seperti ini. ini salahku! Semua salahku!
Kembali hatiku remuk. Bulir bening itu kembali terjatuh meratapi semua yang terjadi. Ada rasa iba yang muncul setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Fitri. Segera kupacu kendaraanku kembali ke rumah Lisa. Adakah desiran hati itu yang membawaku kembali? Ataukah hanya rasa iba?
“ Fitri…” nama itu dengan ringan kupanggil.
“ Ari…maafkan aku!”
“ Ada apa denganmu? Kenapa ini semua terjadi?”
“ Aku yang salah. Aku tak mendengar kata-kata Lisa.” Ucapnya dalam tangis.
“ Fit…kita pulang sekarang!” Suara serak itu membuatku menoleh, dan kudapati Edo tersenyum sinis.
“ Sudah lah Ri! Ini bukan masa SMA lagi. Orang yang kau ajak bicara itu adalah istri orang.” Kata Edo. Rahangku mengeras tapi tak bisa berbuat apa-apa. Dan fitri berlalu didepanku menuju suaminya.
“ Hati-hati Fit! Jangan lupa salat lima waktunya.” Pesanku, walau kutahu kecil kemungkinan itu akan dilakukannya. Jika benar dia telah ikut suaminya yang atheis itu.
Kakiku terasa tak berpijak di bumi ketika melihat fitri melambaikan tangannya. Dapat kulihat air matanya yang tumpah membasahi bumi. Adakah itu air mata penyesalan?
>>>>>
Setelah kejadian itu, aku terbaring sakit. Sudah satu minggu aku terbaring tak berdaya. Dadaku benar-benar sesak. Dan hari ini Lisa datang menjengukku.
“ Semoga kamu cepat sembuh. Kamu yang sabar yah!” Katanya
“ Makasih yah! Bagaimana kabar fitri?”
“ Saya kurang tahu. Apakah perasaan itu masih ada?” Tanyannya
“ Tidak! perasaan itu telah hilang.” Jawabku sambil memalingkan wajah. Apakah desiran hati itu benar-benar sudah hilang?
>>>>
Setelah Lisa pergi. Aku kembali merenungi semua kejadian itu. Daus yang duuk di dekatku memijit-mijit keningku. Dan renunganku buyar ketika kudengar suara pintu diketuk. Daus segera beranjak untuk membukakan pintu.
“ Siapa Daus?” Tanyaku dari dalam kamar, tapi Daus tidak menjawab. Bahkan ia masuk kamar dengan muka pucat.
“ Siapa?” tanyaku lagi
“ Saya Ri! Fitri.” Kudengar suara itu di belakang Daus. Dan muncul Fitri dengan tampilan yang berbeda. Kali ini dia kembali mengenakan pakaian taqwa itu. Kerudung lebar dan rapi serta baju kurung biru kesukaannya. Dia tersenyum kepadaku.
“ kamu?”
“ Iya. Aku ingin kembali ke jalan yang benar.”
“ Alhamdulillah.”
“ Ri! Apakah dengan begini kamu kembali cinta padaku?” tanyanya sendu. Ada segores luka yang menancap pada bekas luka yang sama.
“ Saya kira kamu melakukannya karena Allah, tapi ternyata bukan. Perasaan itu tidak mungkin hadir kembali.” Tegasku dengan nada amarah.
“ Aku benci kamu!” teriaknya sambil berlari keluar kamar. Biarkan dia pergi bersama hilangnya desiran itu.
>>>>
Asslm. Ri, pa kbr. lama nih ga ketemu. Bsk ada acara di rmh Lisa. Km datang yahh!! f3
rasa ngantuk yang tadinya mendera hilang seketika. Wah pengaruh sms dari Fitri hebat juga. Langsung saja kubalas smsnya
wslm. Kbr baik. Km gmn? Iya sy usahakan datang.
Awas loh kalo ga dtg! Kbrku baik. Udah yah! Mau tdr nieh!
Smsan pun usai. Aku terdiam sejenak, mengingat gadis yang baru saja kutemani sms-an. Fitri? Nama yang sudah lama terukir dihatiku, tapi lambat laun terkubur oleh kesibukan kuliah dan organisasi. Sekarang secara tiba-tiba nama itu muncul kembali menebarkan bunga-bunga cinta yang begitu wangi. Menggetarkan hati dengan desiran-desiran halus. Ah…indah.
Rasanya ingin kuberlari menyongsong pagi dan meninggalkan malam dengan hiasan gugusan bintangnya. Tapi waktu berjalan dengan lambat menimbulkan kejengkelan bagi sang pangeran yang sedang menanti saat-saat paling indah. Lagu jangkrik di alam luar menimbulkan kesunyian yang begitu mendalam. Nyanyian yang begitu sendu membangkitkan jiwa melankolis untuk menjamah dunia khayal. Dan yah…dunia khayal yang begitu menyenangkan dengan segala kemustahilan yang tercipta. Dinda, apa kabar kau disana. Kukirim salam lewat angin malam yang begitu menyengat. Biarlah kesunyian ini yang menggambarkan betapa hati ini merinduimu. Entah kenapa kata-kata itu keluar dari mulutku sebelum aku terlelap bersama sejuta mimpi. Bintang mengintipku sambil menari bersama rembulan.
>>>>
jam delapan malam, aku tiba di rumah Lisa. Alangkah gembiranya bisa bertemu dengan teman-temanku. Setelah lama berpetualang dengan kesibukan masing-masing, akhirnya di malam tahun baru ini kami bertemu kembali. Yah semacam reunian. Di malam tahun baru ini kembali mulut kami berceloteh tentang masa lampau. Masa yang terindah saat seragam putih abu-abu menjalani masa remajanya. Mencari jati dirinya dengan berbagai cara.
“ Hei..kamu tambah cakep aja. Tapi sayang tinggi badan kamu tidak bertambah.” Sapa Nia pada shaleh. Yang disapa Cuma nyengir disambut oleh cekikikan teman-teman yang lain.
“ Ari…kok tidak ngajak cewek kamu sih.” Lagi-lagi Nia.
“ kan udah ada kamu.” Jawabku tersenyum, Alhasil wajah Nia merah karena menahan malu. Ah malu apa senang? He.he..Nia pernah naksir aku waktu masih SMA dulu.
Kulirik jam tanganku, sudah satu jam berlalu tapi yang ditunggu belum juga muncul. kemana Fitri? Aku mulai resah.
‘ Hei..Ri!” Suara itu mengagetkanku
“ Eh..Lisa. pa kabar kamu?” Tanyaku dengan ekspresi kaget. Yang ditanya malah tersenyum lebar.
“ Baik..kamu kok kelihatan gelisah?” Tanya gadis cantik berjilbab itu.
“ Entahlah! Ngomong-ngomong Fitri dimana?”
“ Oww..a..aku tidak tahu. Entar juga datang kok.” Jawabnya sedikit tergagap. Aku bisa menebak kenapa gadis yang anti pacaran itu tergagap ketika aku menanyakan tentang sohibnya. Karena dia tahu aku punya perasaan pada teman aktivisnya di Rohis dulu. Saat itu fitri menolak aku. Untuk pertama kalinya aku ditolak oleh seorang gadis.
“ Maaf Ri! Tidak ada kamus pacaran dalam hidupku. Aku ingin menjadi orang pertama yang mencintai suamiku nanti dan begitu pula sebaliknya.” Kata Fitri waktu itu. Dan saat itu pula aku menaruh simpati padanya. dan sampai sekarang rasa itu masih ada. Tidak salahkan kalau aku mencintai seseorang karena kesholehannya?
“ kamu kenapa Lisa? Kok kelihatan gugup gitu?” Tannyaku
“ Em gak! Saya sudah tidak pernah ketemu Fitri lagi.” Jawabnya. Kulihat wajahnya pias.
“ Oh..gitu! moga aja dia datang sebentar agar kalian bisa bertemu lagi.”
“ Semoga”
>>>>
Ah,,bagaimana dengan Fitri sekarang? Kubayangkan dia datang dengan jilbabnya yang lebar dan rapi. Baju kurung biru kesukaannya . wajahnya pasti makin ayu. Aduh...jadi deg-degan nih. Dan yang dinanti pun datang.
“ Ari…” teriak seorang gadis dengan suara cemprengnya sambil melambaikan tangan ke arahku. Karena melihat gadis itu aku jadi mengerutkan kening. “ Siapa yah?” Tanyaku dalam hati sebelum gadis itu menghampiriku. Dan ketika jaraknya semakin dekat. Aku seolah tertohok, kaget tak terkira. Cewek dengan busana sexy itu adalah Fitri? Tidak mungkin! Tapi ketika gadis itu berdiri didepanku, aku tak bisa mengelak lagi. Itu adalah Fitri!
Kulihat sekelilingku. Semuanya terdiam memandangi kami. Mungkin mereka heran melihat perubahan yang terjadi pada gadis berlesung pipi itu. Lisa menatapku dalam-dalam. Disana ada mata yang berkaca melihat perubahan teman seperjuangannya, aku tahu ini sangat menyakitkan baginya.
“ Ari!” Tegur Fitri melihatku terbengong
“ Eh..iya. ada apa?” Jawabku
“ kenapa kamu bengong?”
“ kamu kok berubah seperti ini?” Tanyaku ambil menunjuk pakaian yang ia kenakan.
“ Semua orang bisa berubah Ri! Dan inilah aku!” Katanya tanpa ragu
“ Terus terang aku kecewa dengan kamu.” Kataku tanpa melihatnya
“ Ga usah kecewa seperti itu dong Ri!”
“ Ok! Aku mau pulang sekarang.” Aku berdiri dari tempat dudukku dan beranjak pergi.
“ Jangan dulu, ada sesuatu yang ingin aku dengar dari kamu.”
“ Oke! Aku tidak suka dengan perubahan kamu.” Kataku dengan emosi. “ Hanya ini yang kamu mau perlihatkan padaku dan teman-teman. Tentang perubahan gila kamu! Hingga aku bela-belain menunggu kamu. berharap kamu datang dengan cahaya taqwa itu, tapi ternyata kamu datang dengan bertanduk.” Makiku
“ Terserah kamu Ri! Bukan itu maksudku memanggilmu kesini. Aku hanya ingin mendengar kata yang pernah kau ucapkan dulu. Kamu bilang kamu suka aku. Tapi kenapa kau menyakitiku seperti ini?” katanya
“ Maaf Fit. Tidak ada kamus pacaran dalam hidupku. Bukankah kamu yang mengajariku seperti itu? Yang akan kucintai sebagai kekasih adalah istriku nanti.” Ucapku tanpa sadar aku melirik ke arah Lisa yang sedang berada didekatku. Dia bermaksud melerai kami. Lisa hanya menunduk. Maafkan aku Lisa. Aku tidak bermaksud.
“ Jadi?”
“ kamu sendiri yang menjatuhkan izzahmu di mataku. Selamat tinggal Fit. Saya harap kamu kembali ke jalanNya.” Aku melangkah dengan cepat meninggalkan Fitri yang terisak. Tak terasa ada butiran yang jatuh dari retinaku. Bulir hangat itu mengalir perlahan membuktikan sakit hati yang mendera. Penantian selama tiga tahun telah hancur.
>>>>
Kupacu motorku meninggalkan rumah Lisa, menerobos pekatnya malam. “ Aku benci…..fitri.” Teriakku sambil terisak. Suaraku beradu dengan deru kendaraan di jalan raya. Hapeku bergetar di saku celanaku. Segera kumenepi.
Kamu mau tahu kenapa aku berubah? Itu karena aku sudah ternoda. Dan suamiku menginginkan aku seperti ini. ini salahku! Semua salahku!
Kembali hatiku remuk. Bulir bening itu kembali terjatuh meratapi semua yang terjadi. Ada rasa iba yang muncul setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Fitri. Segera kupacu kendaraanku kembali ke rumah Lisa. Adakah desiran hati itu yang membawaku kembali? Ataukah hanya rasa iba?
“ Fitri…” nama itu dengan ringan kupanggil.
“ Ari…maafkan aku!”
“ Ada apa denganmu? Kenapa ini semua terjadi?”
“ Aku yang salah. Aku tak mendengar kata-kata Lisa.” Ucapnya dalam tangis.
“ Fit…kita pulang sekarang!” Suara serak itu membuatku menoleh, dan kudapati Edo tersenyum sinis.
“ Sudah lah Ri! Ini bukan masa SMA lagi. Orang yang kau ajak bicara itu adalah istri orang.” Kata Edo. Rahangku mengeras tapi tak bisa berbuat apa-apa. Dan fitri berlalu didepanku menuju suaminya.
“ Hati-hati Fit! Jangan lupa salat lima waktunya.” Pesanku, walau kutahu kecil kemungkinan itu akan dilakukannya. Jika benar dia telah ikut suaminya yang atheis itu.
Kakiku terasa tak berpijak di bumi ketika melihat fitri melambaikan tangannya. Dapat kulihat air matanya yang tumpah membasahi bumi. Adakah itu air mata penyesalan?
>>>>>
Setelah kejadian itu, aku terbaring sakit. Sudah satu minggu aku terbaring tak berdaya. Dadaku benar-benar sesak. Dan hari ini Lisa datang menjengukku.
“ Semoga kamu cepat sembuh. Kamu yang sabar yah!” Katanya
“ Makasih yah! Bagaimana kabar fitri?”
“ Saya kurang tahu. Apakah perasaan itu masih ada?” Tanyannya
“ Tidak! perasaan itu telah hilang.” Jawabku sambil memalingkan wajah. Apakah desiran hati itu benar-benar sudah hilang?
>>>>
Setelah Lisa pergi. Aku kembali merenungi semua kejadian itu. Daus yang duuk di dekatku memijit-mijit keningku. Dan renunganku buyar ketika kudengar suara pintu diketuk. Daus segera beranjak untuk membukakan pintu.
“ Siapa Daus?” Tanyaku dari dalam kamar, tapi Daus tidak menjawab. Bahkan ia masuk kamar dengan muka pucat.
“ Siapa?” tanyaku lagi
“ Saya Ri! Fitri.” Kudengar suara itu di belakang Daus. Dan muncul Fitri dengan tampilan yang berbeda. Kali ini dia kembali mengenakan pakaian taqwa itu. Kerudung lebar dan rapi serta baju kurung biru kesukaannya. Dia tersenyum kepadaku.
“ kamu?”
“ Iya. Aku ingin kembali ke jalan yang benar.”
“ Alhamdulillah.”
“ Ri! Apakah dengan begini kamu kembali cinta padaku?” tanyanya sendu. Ada segores luka yang menancap pada bekas luka yang sama.
“ Saya kira kamu melakukannya karena Allah, tapi ternyata bukan. Perasaan itu tidak mungkin hadir kembali.” Tegasku dengan nada amarah.
“ Aku benci kamu!” teriaknya sambil berlari keluar kamar. Biarkan dia pergi bersama hilangnya desiran itu.
>>>>
Label:
cerpen
Ulang Tahun Sang Tukang Galon
Hari itu setelah makan siang, Ali mencak-mencak seperti kebakaran jenggot ( ga tepat kali’ yah? Dagu Ali kan tandus, ga ditumbuhi jenggot walau sehelai pun.). tak lama kemudian Rio juga ikut-ikutan, sambil garuk-garuk kepala Rio keliling kamar, dari sudut biru ke sudut hitam. untung aja ga pegang belakangnya, andaikan iya, mirip banget dengan “Nyetmo”. Mereka berdua keliling sambil berkomat kamit tak jelas dan tak karuan apa yang mereka katakan. Hu…bagaikan dengkuran tetangga sebelah.
Ditengah keasyikannya berkeliling ria, Rendy masuk kamar dan takjub melihat kedua temannya yang cocok jadi model majalah Aneka. ha? Aneka Satwa maksudnya. Rio masih dalam gayanya yang tadi dan ditambah dengan muka yang memerah, sedang Ali langkahnya sudah melemah, entar lagi jatuh, bibirnya yang merah lombok itu menggantung bagaikan menanggung beban ribuan kilo. Ah yang benar lo?. Rendy masih cuek dengan tingkah kedua temannya, ga mau ambil pusing. dengan gaya khasnya alias menaikkan alis dan mengelus-ngelus jenggot yang berserakan di dagunya, bak hutan belantara. emangnya gue pikirin? Kecuekan Rendy terpatahkan saat Rio mulai mencak-mencak sambil menggosok-gosok bibirnya yang membiru itu. Oh no! kenapa bisa membiru seperti itu?
“ We kalian berdua kenapa? Mau diantar ke Rumah Sakit jiwa? Dengan senang hati sang pangeran akan mengantar kalian.” Tanya Rendy dengan gaya membungkukkan badan seolah memberi penghormatan bagi sang putri yang nyatanya seorang putra imut yang sedang beraksi di depannya. Rio terdiam dan menatap Rendy dengan tatapan jengkel, kedua alisnya bertautan, wajahnya yang mirip Primus itu mengkerut menimbulkan otot wajahnya bermekaran.ei bukan Primus yang artis itu, bukan juga singkatan dari Pria Mushalla, tapi Pria Mutung sekali. memang diantara mereka bertiga Rio lah yang paling hitam. Tapi hitam manis bo’. Black sweat gitu loh! Ali lebih dongkol lagi, bibirnya yang sedari tadi menggantung kini seolah mau jatuh menimpa bumi, tatapan elangnya dia arahkan pada Rendy, giginya menggerutu, itu tandanya entar lagi dia akan melompat dan menghujamkan taringnya di badan Rendy. Itulah ciri khas Ali, kalau marah pembawaannya selalu ingin menggigit, bisa-bisa korbannya kena rabies. Sekali digigit oleh Ali pakaian harus dicuci, habis baunya auh…banget sih. giginya yang tumpul itu menancap bersama dengan selai kuning yang sudah bersarang di sela-sela giginya. Hi…..seram.
“ Maaf cakep, kalian kenapa?” Kembali Rendy bertanya dengan nada yang berbeda, kini caranya sambil nyengir ayam, mungkin tahu teman-temannya pada dongkol.
“ Nih lagi kepedisan, auf…” jawab Ali, alhasil air kental muncrat dari mulutnya. Ow…mungkin itulah yang menyebabkan bibirnya menggantung bagaikan lebah. Em..em..
“ Yah..minum dong, gitu aja kok repot.” Rendy cuek.
“ ho..ho..kamu kan tahu sendiri, ho..ho.., air minum udah ludes dari kemarin, ho…, habis tukang galonnya ga pernah nongol sih. Ho…” Rio bersuara, seperti orang utan yang baru pulang dari jalan-jalan di Mall.
“ Ho..Ho.., Horor?” Tukas Rendy dengan senyum, maka nampaklah giginya yang berlobang dan warna tuning pisang,“ Kumpul uang tuk beli air kek, atau apalah!”
“ Au..o….,” kini Ali sudah berubah jadi tarzan, “ masalahnya kami lagi kanker banget neh! Kemarin habis foto copy buku.”
“ Ren, kali aja loe punya uang?” Tanya Rio dengan dengan wajah berbinar. Berharap Rendy punya uang sisa jajan kemarin.
“ Ada sih, tapi tinggal seribu lima ratus, itupun uang terakhir.”
“ Ga papa, kan bisa dapat tiga gelas.”
“ Iya..deh, ambil aja tuh dikeranjang cucian, dicelana hitam.” Ujar Rendy sambil menyuap nasi ke mulutnya, sedang Rio mengambil uang di saku celana Rendy, hidungnya terlihat kembang kempis karena bau yang begitu menyengat. dasar Rendy malas mencuci. Rio menggerutu diserang bau amis yang bersarang di celana Rendy. Dia jadi teringat bau mulutnya kalau baru bangun pagi. Suer man! Terasi, asli loh!
“ Ada kan?” Ali bersuara.
“ Ada, akhirnya kita bisa minum juga.” Jawab Rio semangat, mendengar kabar gembira itu, Ali berbinar, bibirnya berkibar ditiup angin yang masuk lewat jendela.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Siang itu sesaat sebelum mengadakan rapat pleno yang pesertanya Cuma tiga orang, mata mereka menerawang menatap langit lewat jendela yang terbuka, mereka hanyut dalam hayalannya, tapi inti dari hayalannya sama, kapan yah tukang galon datang membawa rembulan kepangkuannya? Dan memetik rembulan untuknya? He…akhirnya lagu jatuh bangunnya Kristina mengalun dari mulut Rendy, suara bassnya menggelegar disambut anggukan kepala oleh Rio yang memang hobby dangdut, fans terberanya Bang Maggy Z, sedang Ali menutup telinganya dengan bantal, bukan karna tidak suka, tapi karna mendengar lagu itu ia teringat kembali dengan mantan pacarnya. Hiks..hiks..
Baiklah kita akan membahas tentang perlakuan tukang galon kepada kita para perantau di kota orang,” Rendy mencoba menghayati tiap kata yang dia ucapkan agar kedua temannya itu terharu. Minimal setitik air mata bening jatuh dari pelupuknya, tapi mendengarnya, Rio tergelak, habis kayak orang baca puisi sih, “ baiklah, kira-kira apa yang harus kita lakukan? Tidak mungkin kan kita begini terus? terpuruk tak menentu, apalagi kita ini kan mahasiswa,” rendy barapi-api seperti orator yang lagi orasi, walaupun kalimatnya diakhiri dengan kata dan gaya yang membuat Ali tabbongkang, “ Jangan gila dong!” sambil menirukan gaya idolanya. Madam Ivan cs. Ali anti banget dengan idolanya Rendy. Ih..amit-amit.
Suasana hening, lagi-lagi mereka hanyut dalam pikirannya. Kemarin mereka sempat beli air galon, tapi cepat ludes, karena anak kos dari sebelah juga numpang, mereka satu langganan, dan katanya mereka lagi kere abitz.
“ Kita berhenti langganan aja.” Rio memecah kesunyian.
“ Saya juga pikirnya seperti itu Rio, tapi..sekarang kita ga punya uang.” Rendy setuju.
“ Kalau masalah uang, aku ada di ATM, entar kita ambil.”
“ Kasihan tukang galonnya, kita kan sudah langganan selama satu tahun, masak kalian tega banget sih? Kalian juga tahu kan tentang keadaan ekonominya, dia berpenghasilan dari kita.” Ali tidak setuju.
“ Lah, salahnya sendiri dong, tiga hari tidak ngantar air tanpa pemberitahuan lagi.” Rio mempertahankan pendapatnya.
“ Ali, kamu ga usah sok baik lah, tuh bibir kamu udah membiru seperti korban gigitan kalajengking.” Tanpa berperasaan Rendy menyemprot Ali, Ali hanya diam sambil meraba-raba bibirnya. Bibirnya yang diraba, tapi hatinya yang sakit bukan main.
“ Oke, kita kan belum tahu alasan tukang galon itu apa, jangan ngambil keputusan dong kalau belum jelas sebabnya, bisa aja kan tukang galonnya sakit atau ada keperluan lain.” Ali berargumen disambut dengan anggukan Rio.
“ Tapi kalaupun sakit, harusnya ada yang mewakilinya, jangan kita yang dijadikan korban kayak gini.” Rendy masih pada pendiriaannya.
“ jangankan wakilnya, Hpnya aja ga pernah diaktika,” Rio menyela“ Baiklah, aku punya usul, kita tunggu dia sampai sore, kalau ga datang juga, kita pindah langganan.” Tambahnya.
“ Baiklah.” Rendy menyetujui, sedang Ali hanya diam. Belum tahu apa sikap yang harus diambilnya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Sore langit nampak mendung, awan hitam menggelayut, Rio memasang muka jengkel, pikirnya bisa saja tukang galon ga datang karena alasan akan hujan. Sedang Rendy mondar-mandir didepan kamarnya menunggu kedatangan sang tukang galon. Ali sendiri hanya tidur-tiduran di kamar, sambil memikirkan bagaimana nasib tukang galon langganannya kalau dia tidak datang sore ini, Rio dan Rendy tak mungkin main-main dengan keputusannya.
Dari kejauhan, terdengar suara motor yang menderu, suaranya sudah akrab dengan telinga mereka semenjak satu tahun yang lalu. Ali yang didalam kamar langsung bangkit dengan segunjing senyum, bersyukur tukang galon datang. Rendy menatap lelaki yang baru turun dari motornya itu dengan tatapan dingin, perasaan jengkelnya kembali menyeruak.
“ Sore dek.” Sapa laki-laki itu dengan ramah sambil membungkukkan sedikit badannya.
“ Sore.” Rendy tetap dingin.
“ Pak, kami sudah mau berhenti langganan.” Ucap Rio tiba-tiba membuat tukang galon kaget, Rio sangat jengkel, ternyata kedatangannya bukan untuk mengantar air, Cuma mau mengambil gaqlon saja. itu dibuktikan dia hanya membawa galon kosong.
“ Kenapa begitu dik?” tanyanya pias.
“ Tidak tahu diri lagi, bapak itu tidak datang selama tiga hari.” Suara Rio meninggi, jengkel semakin menderanya, kenapa bisa tukang galon itu tidak mengetahui kesalahannya, itu kan namanya tidak tahu diri.
“ Tapi..”
“ Tapinya ga dipakai sekarang pak.” Rendy nimbrung dengan suara ce,pengnya yang meninggi. mendengar sedikit ribut, anak kos sebelah juga pada berdatangan sambil membawa galon seperti orang mau demo.
“ Asal bapak tahu, bukan Cuma kami yang mau berhenti langganan, tapi semua anak kos disini juga.” Rio menambahkan.
“ Iya pak, kami mau berhenti langganan.” Arif, mahasiswa berpostur tinggi bersuara disambut dengan teriakan setuju oleh teman-temannya.
“ Tenang teman-teman, kita kan belum tahu alasan tukang galon sampai-sampai dia tidak mengantar air, kali aja dia berhalangan.” Ali menengahi.
“ Apa alasannya pak?” Dede ikut bersuara, dia menatap tukang galon dengan tatapan teduh, Dede menggelintir jenggot tipisnya.
“ Saya pulang kampung dik.” Jawabnya sambil menunduk.
“ Uh…, Cuma pulang kampung ternyata kita jadi korban.” Teriak Arief sambil memukul-mukul galon yang dibawanya. Sedang Rio sudah kehilangan kendali, dia mengacungkan kepalan tepat di depan tukang galon itu, membuat lelaki itu meloncat ke belakang karena kagetnya.
“ Arief, kamu diam!! Kamu juga Rio harus jaga sikap, harus meredam amarah! Kita mau tahu, kenapa bapak ini pulang, bisa saja kan ada urusan keluarga yang mendadak,” Lagi-lagi Ali membela tukang galon, “ pak, tolong jelaskan pada mereka kenapa bapak pulang kampung.” Mendengar pertanyaaan itu tukang galon menunduk, mungkin dia merasa ditelanjangi oleh anak kosan ini atau merasa dihakimi.
“ Saya pulang kampung, karena…karena,” Dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya, kerongkongannya terasa kering, dia coba menatap mata Ali kemudian Dede, ada ketenangan yang dia dapat disana, lain halnya dengan Arief, bukan ketenangan, tapi keresahan yang muncul, “ Karna…ayah meninggal.”
Semua yang mendengarnya terdiam, Arief terdiam, ada rasa penyesalan yang membelenggu hatinya hingga galon yang tadi dipegangnya kuat-kuat kini lepas dan jatuh, Rendy sudah dibanjiri oleh air mata seraya memeluk tukang galon, mereka semua berebutan memeluk dan meminta maaf.
“ Innalillah…” Ucap Ali sembari bersandar di dinding, hatinya begitu sesak menyesali perlakuan teman-tamannya, mereka telah mendzolimi orang yang sedang berduka, harusnya dihibur, tapi malah dicaci maki.
“ Maafkan kami yah pak.” Rio kembali normal. sebenarnya dia itu orangnya lembut, tapi entah setan apa yang merasukinya hingga dia bisa sekejam tadi, dia sendiri malu dengan sikapnya.
“ Tidak apa-apa dek, oh iya saya harus pulang sekarang, dah malam.” Jawabnya sambil mengambil galon yang berserakan di depan kamar.
“ Bapak masih datang besok kan?” tanya arief disertai anggukan dari teman-temannya.
“ Kalian kan sudah tidak mau langganan lagi.”
“ Kami masih mau pak, datang yah pak!”
“ Baiklah!”
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Setelah kejadian itu, mereka tambah akrab dengan tukang galon, kalau dia datang mengantar air mereka biasa memanggilnya untuk ngopi dulu, bahkan baru-baru ini mereka rekreasi di Tanjung Bunga.
Dan hari ini mereka sibuk menyiapkan kejutan buat tukang galon, pasalnya hari ini adalah hari ulang tahunnya. Rio rela mencongkel tabungannya demi membeli baju untuk tukang galon, Rendy membeli perlengkapan sekolah buat anak tukang galon yang katanya sudah mau masuk SD tahun ini, Ali memberikan buku kesayangannya, sedang anak kosan sebelah menyiapkan acaranya.
Suara motor itu terdengar didepan rumah, mereka sudah siap dengan kejutannya, Ali bersembunyi di belakang pintu sambil memegang hadiah yang akan diberikan, Rendy keluar untuk menyambut tukang galon dan mempersilahkannya masuk, sedang yang lain kumpul di kamar tempat acara.
Dan…ketika Rendy masuk bersama tukang galon, mereka sudah menyerbu membuat laki-laki usia empat puluh tahun itu kaget.
“ Ada apa ini?” tanyanya.
“ Hari ini bapak ulang tahun, kami hanya bisa persembahkan ini buat bapak.” Ali mendekapnya.
“ ha? Ulang tahun?” Laki-laki itu bertanya kembali, baru kali ini dia merasakan yang namanya ulang tahun.
“ Iya..selamat Ulang tahun saudaraku.” Suara Dede pelan, membuat air mata tukang galon menetes.
“ Terima kasih.” Ucapnya dalam tangis.
Dengan air mata yang terus mengucur sang tukang galon meniup lilin. Hatinya begitu terenyuh mendapat persembahan yang begitu mengagetkan dari anak kos langganannya. Jujur, baru kali ini dia merasakan yang namanya ulang tahun, dan sebenarnya yang membuat dia sangat terharu, kok bisa-bisanya mereka merelakan sebuah persembahan untuknya? Bukankah mereka berbeda keyakinan? Hatinya terus bertanya.
“ Dik kenapa kalian lakukan semua ini, bukankah kita berbeda keyakinan?” Tanyanya sambil menatap wajah Dede. Yang ditatap hanya tersenyum kecil, wajahnya yang putih bersih begitu menentramkan hati yang memandangnya.
“ Itulah ajaran agama kami pak, saling berbuat baik kepada sesama walaupun dia beda agama.” Dede menepuk pundak sang tukang galon.
“ Jangan salah pak, Nabi kami pernah menyuapi orang yahudi yang sudah tua renta dan buta.”
“ Hem…kalian telah mengajariku banyak hal anak muda.” Kata tukang galon dengan suara sendu.
“ Bapaklah yang banyak mengajari kami tentang arti sebuah kesabaran dalam getirnya hidup, dari bapak pula kami mengerti perjuangan seorang ayah untuk anaknya.” Arief bersuara.
Kamar yang sempit itu terasa sangat lapang karena melihat wajah para penghuninya yang menyejukkan hati, dengan tutur kata yang terbingkai dengan indah mengalun dan membuai telinga bagi yang mendengarnya. Sang tukang galon yang miskin itupun menjadi saksi hidup atas keindahan dan cinta yang ditebarkan oleh Dede dan kawan-kawannya.
“ Kami sekali lagi kami minta maaf yah pak?” Ucap rendy sambil menyerahkan sebuah bingkisan warna biru muda.
“ Terima kasih anak-anakku.” Lagi-lagi tukang galon dibanjiri air mata haru.
selesai
Ditengah keasyikannya berkeliling ria, Rendy masuk kamar dan takjub melihat kedua temannya yang cocok jadi model majalah Aneka. ha? Aneka Satwa maksudnya. Rio masih dalam gayanya yang tadi dan ditambah dengan muka yang memerah, sedang Ali langkahnya sudah melemah, entar lagi jatuh, bibirnya yang merah lombok itu menggantung bagaikan menanggung beban ribuan kilo. Ah yang benar lo?. Rendy masih cuek dengan tingkah kedua temannya, ga mau ambil pusing. dengan gaya khasnya alias menaikkan alis dan mengelus-ngelus jenggot yang berserakan di dagunya, bak hutan belantara. emangnya gue pikirin? Kecuekan Rendy terpatahkan saat Rio mulai mencak-mencak sambil menggosok-gosok bibirnya yang membiru itu. Oh no! kenapa bisa membiru seperti itu?
“ We kalian berdua kenapa? Mau diantar ke Rumah Sakit jiwa? Dengan senang hati sang pangeran akan mengantar kalian.” Tanya Rendy dengan gaya membungkukkan badan seolah memberi penghormatan bagi sang putri yang nyatanya seorang putra imut yang sedang beraksi di depannya. Rio terdiam dan menatap Rendy dengan tatapan jengkel, kedua alisnya bertautan, wajahnya yang mirip Primus itu mengkerut menimbulkan otot wajahnya bermekaran.ei bukan Primus yang artis itu, bukan juga singkatan dari Pria Mushalla, tapi Pria Mutung sekali. memang diantara mereka bertiga Rio lah yang paling hitam. Tapi hitam manis bo’. Black sweat gitu loh! Ali lebih dongkol lagi, bibirnya yang sedari tadi menggantung kini seolah mau jatuh menimpa bumi, tatapan elangnya dia arahkan pada Rendy, giginya menggerutu, itu tandanya entar lagi dia akan melompat dan menghujamkan taringnya di badan Rendy. Itulah ciri khas Ali, kalau marah pembawaannya selalu ingin menggigit, bisa-bisa korbannya kena rabies. Sekali digigit oleh Ali pakaian harus dicuci, habis baunya auh…banget sih. giginya yang tumpul itu menancap bersama dengan selai kuning yang sudah bersarang di sela-sela giginya. Hi…..seram.
“ Maaf cakep, kalian kenapa?” Kembali Rendy bertanya dengan nada yang berbeda, kini caranya sambil nyengir ayam, mungkin tahu teman-temannya pada dongkol.
“ Nih lagi kepedisan, auf…” jawab Ali, alhasil air kental muncrat dari mulutnya. Ow…mungkin itulah yang menyebabkan bibirnya menggantung bagaikan lebah. Em..em..
“ Yah..minum dong, gitu aja kok repot.” Rendy cuek.
“ ho..ho..kamu kan tahu sendiri, ho..ho.., air minum udah ludes dari kemarin, ho…, habis tukang galonnya ga pernah nongol sih. Ho…” Rio bersuara, seperti orang utan yang baru pulang dari jalan-jalan di Mall.
“ Ho..Ho.., Horor?” Tukas Rendy dengan senyum, maka nampaklah giginya yang berlobang dan warna tuning pisang,“ Kumpul uang tuk beli air kek, atau apalah!”
“ Au..o….,” kini Ali sudah berubah jadi tarzan, “ masalahnya kami lagi kanker banget neh! Kemarin habis foto copy buku.”
“ Ren, kali aja loe punya uang?” Tanya Rio dengan dengan wajah berbinar. Berharap Rendy punya uang sisa jajan kemarin.
“ Ada sih, tapi tinggal seribu lima ratus, itupun uang terakhir.”
“ Ga papa, kan bisa dapat tiga gelas.”
“ Iya..deh, ambil aja tuh dikeranjang cucian, dicelana hitam.” Ujar Rendy sambil menyuap nasi ke mulutnya, sedang Rio mengambil uang di saku celana Rendy, hidungnya terlihat kembang kempis karena bau yang begitu menyengat. dasar Rendy malas mencuci. Rio menggerutu diserang bau amis yang bersarang di celana Rendy. Dia jadi teringat bau mulutnya kalau baru bangun pagi. Suer man! Terasi, asli loh!
“ Ada kan?” Ali bersuara.
“ Ada, akhirnya kita bisa minum juga.” Jawab Rio semangat, mendengar kabar gembira itu, Ali berbinar, bibirnya berkibar ditiup angin yang masuk lewat jendela.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Siang itu sesaat sebelum mengadakan rapat pleno yang pesertanya Cuma tiga orang, mata mereka menerawang menatap langit lewat jendela yang terbuka, mereka hanyut dalam hayalannya, tapi inti dari hayalannya sama, kapan yah tukang galon datang membawa rembulan kepangkuannya? Dan memetik rembulan untuknya? He…akhirnya lagu jatuh bangunnya Kristina mengalun dari mulut Rendy, suara bassnya menggelegar disambut anggukan kepala oleh Rio yang memang hobby dangdut, fans terberanya Bang Maggy Z, sedang Ali menutup telinganya dengan bantal, bukan karna tidak suka, tapi karna mendengar lagu itu ia teringat kembali dengan mantan pacarnya. Hiks..hiks..
Baiklah kita akan membahas tentang perlakuan tukang galon kepada kita para perantau di kota orang,” Rendy mencoba menghayati tiap kata yang dia ucapkan agar kedua temannya itu terharu. Minimal setitik air mata bening jatuh dari pelupuknya, tapi mendengarnya, Rio tergelak, habis kayak orang baca puisi sih, “ baiklah, kira-kira apa yang harus kita lakukan? Tidak mungkin kan kita begini terus? terpuruk tak menentu, apalagi kita ini kan mahasiswa,” rendy barapi-api seperti orator yang lagi orasi, walaupun kalimatnya diakhiri dengan kata dan gaya yang membuat Ali tabbongkang, “ Jangan gila dong!” sambil menirukan gaya idolanya. Madam Ivan cs. Ali anti banget dengan idolanya Rendy. Ih..amit-amit.
Suasana hening, lagi-lagi mereka hanyut dalam pikirannya. Kemarin mereka sempat beli air galon, tapi cepat ludes, karena anak kos dari sebelah juga numpang, mereka satu langganan, dan katanya mereka lagi kere abitz.
“ Kita berhenti langganan aja.” Rio memecah kesunyian.
“ Saya juga pikirnya seperti itu Rio, tapi..sekarang kita ga punya uang.” Rendy setuju.
“ Kalau masalah uang, aku ada di ATM, entar kita ambil.”
“ Kasihan tukang galonnya, kita kan sudah langganan selama satu tahun, masak kalian tega banget sih? Kalian juga tahu kan tentang keadaan ekonominya, dia berpenghasilan dari kita.” Ali tidak setuju.
“ Lah, salahnya sendiri dong, tiga hari tidak ngantar air tanpa pemberitahuan lagi.” Rio mempertahankan pendapatnya.
“ Ali, kamu ga usah sok baik lah, tuh bibir kamu udah membiru seperti korban gigitan kalajengking.” Tanpa berperasaan Rendy menyemprot Ali, Ali hanya diam sambil meraba-raba bibirnya. Bibirnya yang diraba, tapi hatinya yang sakit bukan main.
“ Oke, kita kan belum tahu alasan tukang galon itu apa, jangan ngambil keputusan dong kalau belum jelas sebabnya, bisa aja kan tukang galonnya sakit atau ada keperluan lain.” Ali berargumen disambut dengan anggukan Rio.
“ Tapi kalaupun sakit, harusnya ada yang mewakilinya, jangan kita yang dijadikan korban kayak gini.” Rendy masih pada pendiriaannya.
“ jangankan wakilnya, Hpnya aja ga pernah diaktika,” Rio menyela“ Baiklah, aku punya usul, kita tunggu dia sampai sore, kalau ga datang juga, kita pindah langganan.” Tambahnya.
“ Baiklah.” Rendy menyetujui, sedang Ali hanya diam. Belum tahu apa sikap yang harus diambilnya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Sore langit nampak mendung, awan hitam menggelayut, Rio memasang muka jengkel, pikirnya bisa saja tukang galon ga datang karena alasan akan hujan. Sedang Rendy mondar-mandir didepan kamarnya menunggu kedatangan sang tukang galon. Ali sendiri hanya tidur-tiduran di kamar, sambil memikirkan bagaimana nasib tukang galon langganannya kalau dia tidak datang sore ini, Rio dan Rendy tak mungkin main-main dengan keputusannya.
Dari kejauhan, terdengar suara motor yang menderu, suaranya sudah akrab dengan telinga mereka semenjak satu tahun yang lalu. Ali yang didalam kamar langsung bangkit dengan segunjing senyum, bersyukur tukang galon datang. Rendy menatap lelaki yang baru turun dari motornya itu dengan tatapan dingin, perasaan jengkelnya kembali menyeruak.
“ Sore dek.” Sapa laki-laki itu dengan ramah sambil membungkukkan sedikit badannya.
“ Sore.” Rendy tetap dingin.
“ Pak, kami sudah mau berhenti langganan.” Ucap Rio tiba-tiba membuat tukang galon kaget, Rio sangat jengkel, ternyata kedatangannya bukan untuk mengantar air, Cuma mau mengambil gaqlon saja. itu dibuktikan dia hanya membawa galon kosong.
“ Kenapa begitu dik?” tanyanya pias.
“ Tidak tahu diri lagi, bapak itu tidak datang selama tiga hari.” Suara Rio meninggi, jengkel semakin menderanya, kenapa bisa tukang galon itu tidak mengetahui kesalahannya, itu kan namanya tidak tahu diri.
“ Tapi..”
“ Tapinya ga dipakai sekarang pak.” Rendy nimbrung dengan suara ce,pengnya yang meninggi. mendengar sedikit ribut, anak kos sebelah juga pada berdatangan sambil membawa galon seperti orang mau demo.
“ Asal bapak tahu, bukan Cuma kami yang mau berhenti langganan, tapi semua anak kos disini juga.” Rio menambahkan.
“ Iya pak, kami mau berhenti langganan.” Arif, mahasiswa berpostur tinggi bersuara disambut dengan teriakan setuju oleh teman-temannya.
“ Tenang teman-teman, kita kan belum tahu alasan tukang galon sampai-sampai dia tidak mengantar air, kali aja dia berhalangan.” Ali menengahi.
“ Apa alasannya pak?” Dede ikut bersuara, dia menatap tukang galon dengan tatapan teduh, Dede menggelintir jenggot tipisnya.
“ Saya pulang kampung dik.” Jawabnya sambil menunduk.
“ Uh…, Cuma pulang kampung ternyata kita jadi korban.” Teriak Arief sambil memukul-mukul galon yang dibawanya. Sedang Rio sudah kehilangan kendali, dia mengacungkan kepalan tepat di depan tukang galon itu, membuat lelaki itu meloncat ke belakang karena kagetnya.
“ Arief, kamu diam!! Kamu juga Rio harus jaga sikap, harus meredam amarah! Kita mau tahu, kenapa bapak ini pulang, bisa saja kan ada urusan keluarga yang mendadak,” Lagi-lagi Ali membela tukang galon, “ pak, tolong jelaskan pada mereka kenapa bapak pulang kampung.” Mendengar pertanyaaan itu tukang galon menunduk, mungkin dia merasa ditelanjangi oleh anak kosan ini atau merasa dihakimi.
“ Saya pulang kampung, karena…karena,” Dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya, kerongkongannya terasa kering, dia coba menatap mata Ali kemudian Dede, ada ketenangan yang dia dapat disana, lain halnya dengan Arief, bukan ketenangan, tapi keresahan yang muncul, “ Karna…ayah meninggal.”
Semua yang mendengarnya terdiam, Arief terdiam, ada rasa penyesalan yang membelenggu hatinya hingga galon yang tadi dipegangnya kuat-kuat kini lepas dan jatuh, Rendy sudah dibanjiri oleh air mata seraya memeluk tukang galon, mereka semua berebutan memeluk dan meminta maaf.
“ Innalillah…” Ucap Ali sembari bersandar di dinding, hatinya begitu sesak menyesali perlakuan teman-tamannya, mereka telah mendzolimi orang yang sedang berduka, harusnya dihibur, tapi malah dicaci maki.
“ Maafkan kami yah pak.” Rio kembali normal. sebenarnya dia itu orangnya lembut, tapi entah setan apa yang merasukinya hingga dia bisa sekejam tadi, dia sendiri malu dengan sikapnya.
“ Tidak apa-apa dek, oh iya saya harus pulang sekarang, dah malam.” Jawabnya sambil mengambil galon yang berserakan di depan kamar.
“ Bapak masih datang besok kan?” tanya arief disertai anggukan dari teman-temannya.
“ Kalian kan sudah tidak mau langganan lagi.”
“ Kami masih mau pak, datang yah pak!”
“ Baiklah!”
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Setelah kejadian itu, mereka tambah akrab dengan tukang galon, kalau dia datang mengantar air mereka biasa memanggilnya untuk ngopi dulu, bahkan baru-baru ini mereka rekreasi di Tanjung Bunga.
Dan hari ini mereka sibuk menyiapkan kejutan buat tukang galon, pasalnya hari ini adalah hari ulang tahunnya. Rio rela mencongkel tabungannya demi membeli baju untuk tukang galon, Rendy membeli perlengkapan sekolah buat anak tukang galon yang katanya sudah mau masuk SD tahun ini, Ali memberikan buku kesayangannya, sedang anak kosan sebelah menyiapkan acaranya.
Suara motor itu terdengar didepan rumah, mereka sudah siap dengan kejutannya, Ali bersembunyi di belakang pintu sambil memegang hadiah yang akan diberikan, Rendy keluar untuk menyambut tukang galon dan mempersilahkannya masuk, sedang yang lain kumpul di kamar tempat acara.
Dan…ketika Rendy masuk bersama tukang galon, mereka sudah menyerbu membuat laki-laki usia empat puluh tahun itu kaget.
“ Ada apa ini?” tanyanya.
“ Hari ini bapak ulang tahun, kami hanya bisa persembahkan ini buat bapak.” Ali mendekapnya.
“ ha? Ulang tahun?” Laki-laki itu bertanya kembali, baru kali ini dia merasakan yang namanya ulang tahun.
“ Iya..selamat Ulang tahun saudaraku.” Suara Dede pelan, membuat air mata tukang galon menetes.
“ Terima kasih.” Ucapnya dalam tangis.
Dengan air mata yang terus mengucur sang tukang galon meniup lilin. Hatinya begitu terenyuh mendapat persembahan yang begitu mengagetkan dari anak kos langganannya. Jujur, baru kali ini dia merasakan yang namanya ulang tahun, dan sebenarnya yang membuat dia sangat terharu, kok bisa-bisanya mereka merelakan sebuah persembahan untuknya? Bukankah mereka berbeda keyakinan? Hatinya terus bertanya.
“ Dik kenapa kalian lakukan semua ini, bukankah kita berbeda keyakinan?” Tanyanya sambil menatap wajah Dede. Yang ditatap hanya tersenyum kecil, wajahnya yang putih bersih begitu menentramkan hati yang memandangnya.
“ Itulah ajaran agama kami pak, saling berbuat baik kepada sesama walaupun dia beda agama.” Dede menepuk pundak sang tukang galon.
“ Jangan salah pak, Nabi kami pernah menyuapi orang yahudi yang sudah tua renta dan buta.”
“ Hem…kalian telah mengajariku banyak hal anak muda.” Kata tukang galon dengan suara sendu.
“ Bapaklah yang banyak mengajari kami tentang arti sebuah kesabaran dalam getirnya hidup, dari bapak pula kami mengerti perjuangan seorang ayah untuk anaknya.” Arief bersuara.
Kamar yang sempit itu terasa sangat lapang karena melihat wajah para penghuninya yang menyejukkan hati, dengan tutur kata yang terbingkai dengan indah mengalun dan membuai telinga bagi yang mendengarnya. Sang tukang galon yang miskin itupun menjadi saksi hidup atas keindahan dan cinta yang ditebarkan oleh Dede dan kawan-kawannya.
“ Kami sekali lagi kami minta maaf yah pak?” Ucap rendy sambil menyerahkan sebuah bingkisan warna biru muda.
“ Terima kasih anak-anakku.” Lagi-lagi tukang galon dibanjiri air mata haru.
selesai
Label:
cerpen
Langganan:
Postingan (Atom)