1.28.2009

Perempuan Berpayung


Bukan untuk pamer, saya hanya ingin berbagi dengan teman-teman. Ini kisah nyata. Semoga ada pelajaran yang bisa dipetik.

Lelah seolah memiijit tubuhku, mengodaku untuk melepas desahan tanda kecapean. Dengan berjalan cepat aku menuruni jembatan penyebarangan di depan Ramayana Pettarani. Sesampai di bawah aku langsung menunggu mobil 07 untuk menuju Tamalanrea. Sambil menunggu mobil saya mencoba muraja’ah hapalan. Banyak sekali hapalan yang tersendat-sendat, andaikan hapalan itu adalah manusia, mungkin sekarang dia lagi tersesat di hutan.
Disaat masih mengulang hapalan, tiba-tiba seorang wanita mendakatiku, dia berjalan ngos-ngosan. Wajahnya diterpa cahaya lampu kendaraan yang lalu lalang, aku bisa melihat keringatnya yang bercucuran. Yah dia keringatan, padahal petang ini sangat dingin. Awan mendung menggelayut di langit. Kelam tanpa bintang. Dia semakin mendekat, dan


“ Nak bantuka’ dulu.” Suaranya serak, seperti orang nangis
“ Kenapa bu?” aku mencoba selembut mungkin
“ Tolong uang ta’ tiga ribu, saya tidak punya sewa mobil.”
“ mauki’ kemana bu?”
“ Ke pannampu.” Jawabnya masih dengan suara tangis, aku sudah merogoh tasku untuk membantunya sebisa mungkin. Kebetulan lagi ada uang.
“ Saya jalan dari rumah sakit Bayangkara nak, tadi saya naik pete-pete tapi dikasi’ turun sama sopir karna nda’ ada uangku’.” Lanjutnya, segera kuserahkan uang tiga ribu itu di tangannya.
“ Terima kasih nak, terima kasih.” Dia menangis, aku tersenyum getir membayangkan nasib wanita berpayung itu. Ya Allah, semoga dia baik-baik saja.
>>>>>
Pete-pete 07 berhenti di depanku, setelah melihat masih banyak ruang kosong, akupun segera naik. Aku paling tidak suka bila penumpang saling berdesak-desak di dalam, apalagi kalau kebanyakan perempuan. Kulihat ibu tadi yang masih berjalan dengan tertatih, payung nya masih setia menemaninya, walaupun hujan sudah tak turun lagi. Yah kelihatan aneh, orang memakai payung di malam hari. Ibu itu terus berjalan, aku melihatnya dari dalam pete-pete. Kok dia tidak naik pete-pete yah?
Pete-pete berhenti tidak jauh dari ibu tadi, karena menunggu penumpang yang belum tentu. Aku terus memperhatikan ibu itu, dia menghampiri seorang bapak, dan bapak itu menggertaknya.
“ Penipu ko kau!” Suara menyambar telingaku, karena memang jaraknya tidak terlalu jauh dari pete-pete. Tapi ibu tadi tidak peduli dengan kata-kata sang bapak, dia terus berjalan. Dan saat dia melewati mobil pete-pete yang masih menunggu penumpang. Aku melihat dengan jelas rupa perempuan berpayung itu karena disini tempatnya cukup terang. Dan memoriku berputar ke penghujung tahun 2008. yah aku pernah melihat perempuan itu sebelumnya. tidak salah lagi.



0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template