1.23.2009

Ulang Tahun Sang Tukang Galon

Hari itu setelah makan siang, Ali mencak-mencak seperti kebakaran jenggot ( ga tepat kali’ yah? Dagu Ali kan tandus, ga ditumbuhi jenggot walau sehelai pun.). tak lama kemudian Rio juga ikut-ikutan, sambil garuk-garuk kepala Rio keliling kamar, dari sudut biru ke sudut hitam. untung aja ga pegang belakangnya, andaikan iya, mirip banget dengan “Nyetmo”. Mereka berdua keliling sambil berkomat kamit tak jelas dan tak karuan apa yang mereka katakan. Hu…bagaikan dengkuran tetangga sebelah.

Ditengah keasyikannya berkeliling ria, Rendy masuk kamar dan takjub melihat kedua temannya yang cocok jadi model majalah Aneka. ha? Aneka Satwa maksudnya. Rio masih dalam gayanya yang tadi dan ditambah dengan muka yang memerah, sedang Ali langkahnya sudah melemah, entar lagi jatuh, bibirnya yang merah lombok itu menggantung bagaikan menanggung beban ribuan kilo. Ah yang benar lo?. Rendy masih cuek dengan tingkah kedua temannya, ga mau ambil pusing. dengan gaya khasnya alias menaikkan alis dan mengelus-ngelus jenggot yang berserakan di dagunya, bak hutan belantara. emangnya gue pikirin? Kecuekan Rendy terpatahkan saat Rio mulai mencak-mencak sambil menggosok-gosok bibirnya yang membiru itu. Oh no! kenapa bisa membiru seperti itu?
“ We kalian berdua kenapa? Mau diantar ke Rumah Sakit jiwa? Dengan senang hati sang pangeran akan mengantar kalian.” Tanya Rendy dengan gaya membungkukkan badan seolah memberi penghormatan bagi sang putri yang nyatanya seorang putra imut yang sedang beraksi di depannya. Rio terdiam dan menatap Rendy dengan tatapan jengkel, kedua alisnya bertautan, wajahnya yang mirip Primus itu mengkerut menimbulkan otot wajahnya bermekaran.ei bukan Primus yang artis itu, bukan juga singkatan dari Pria Mushalla, tapi Pria Mutung sekali. memang diantara mereka bertiga Rio lah yang paling hitam. Tapi hitam manis bo’. Black sweat gitu loh! Ali lebih dongkol lagi, bibirnya yang sedari tadi menggantung kini seolah mau jatuh menimpa bumi, tatapan elangnya dia arahkan pada Rendy, giginya menggerutu, itu tandanya entar lagi dia akan melompat dan menghujamkan taringnya di badan Rendy. Itulah ciri khas Ali, kalau marah pembawaannya selalu ingin menggigit, bisa-bisa korbannya kena rabies. Sekali digigit oleh Ali pakaian harus dicuci, habis baunya auh…banget sih. giginya yang tumpul itu menancap bersama dengan selai kuning yang sudah bersarang di sela-sela giginya. Hi…..seram.

“ Maaf cakep, kalian kenapa?” Kembali Rendy bertanya dengan nada yang berbeda, kini caranya sambil nyengir ayam, mungkin tahu teman-temannya pada dongkol.

“ Nih lagi kepedisan, auf…” jawab Ali, alhasil air kental muncrat dari mulutnya. Ow…mungkin itulah yang menyebabkan bibirnya menggantung bagaikan lebah. Em..em..

“ Yah..minum dong, gitu aja kok repot.” Rendy cuek.

“ ho..ho..kamu kan tahu sendiri, ho..ho.., air minum udah ludes dari kemarin, ho…, habis tukang galonnya ga pernah nongol sih. Ho…” Rio bersuara, seperti orang utan yang baru pulang dari jalan-jalan di Mall.

“ Ho..Ho.., Horor?” Tukas Rendy dengan senyum, maka nampaklah giginya yang berlobang dan warna tuning pisang,“ Kumpul uang tuk beli air kek, atau apalah!”

“ Au..o….,” kini Ali sudah berubah jadi tarzan, “ masalahnya kami lagi kanker banget neh! Kemarin habis foto copy buku.”

“ Ren, kali aja loe punya uang?” Tanya Rio dengan dengan wajah berbinar. Berharap Rendy punya uang sisa jajan kemarin.

“ Ada sih, tapi tinggal seribu lima ratus, itupun uang terakhir.”

“ Ga papa, kan bisa dapat tiga gelas.”

“ Iya..deh, ambil aja tuh dikeranjang cucian, dicelana hitam.” Ujar Rendy sambil menyuap nasi ke mulutnya, sedang Rio mengambil uang di saku celana Rendy, hidungnya terlihat kembang kempis karena bau yang begitu menyengat. dasar Rendy malas mencuci. Rio menggerutu diserang bau amis yang bersarang di celana Rendy. Dia jadi teringat bau mulutnya kalau baru bangun pagi. Suer man! Terasi, asli loh!

“ Ada kan?” Ali bersuara.

“ Ada, akhirnya kita bisa minum juga.” Jawab Rio semangat, mendengar kabar gembira itu, Ali berbinar, bibirnya berkibar ditiup angin yang masuk lewat jendela.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Siang itu sesaat sebelum mengadakan rapat pleno yang pesertanya Cuma tiga orang, mata mereka menerawang menatap langit lewat jendela yang terbuka, mereka hanyut dalam hayalannya, tapi inti dari hayalannya sama, kapan yah tukang galon datang membawa rembulan kepangkuannya? Dan memetik rembulan untuknya? He…akhirnya lagu jatuh bangunnya Kristina mengalun dari mulut Rendy, suara bassnya menggelegar disambut anggukan kepala oleh Rio yang memang hobby dangdut, fans terberanya Bang Maggy Z, sedang Ali menutup telinganya dengan bantal, bukan karna tidak suka, tapi karna mendengar lagu itu ia teringat kembali dengan mantan pacarnya. Hiks..hiks..

Baiklah kita akan membahas tentang perlakuan tukang galon kepada kita para perantau di kota orang,” Rendy mencoba menghayati tiap kata yang dia ucapkan agar kedua temannya itu terharu. Minimal setitik air mata bening jatuh dari pelupuknya, tapi mendengarnya, Rio tergelak, habis kayak orang baca puisi sih, “ baiklah, kira-kira apa yang harus kita lakukan? Tidak mungkin kan kita begini terus? terpuruk tak menentu, apalagi kita ini kan mahasiswa,” rendy barapi-api seperti orator yang lagi orasi, walaupun kalimatnya diakhiri dengan kata dan gaya yang membuat Ali tabbongkang, “ Jangan gila dong!” sambil menirukan gaya idolanya. Madam Ivan cs. Ali anti banget dengan idolanya Rendy. Ih..amit-amit.

Suasana hening, lagi-lagi mereka hanyut dalam pikirannya. Kemarin mereka sempat beli air galon, tapi cepat ludes, karena anak kos dari sebelah juga numpang, mereka satu langganan, dan katanya mereka lagi kere abitz.

“ Kita berhenti langganan aja.” Rio memecah kesunyian.

“ Saya juga pikirnya seperti itu Rio, tapi..sekarang kita ga punya uang.” Rendy setuju.

“ Kalau masalah uang, aku ada di ATM, entar kita ambil.”

“ Kasihan tukang galonnya, kita kan sudah langganan selama satu tahun, masak kalian tega banget sih? Kalian juga tahu kan tentang keadaan ekonominya, dia berpenghasilan dari kita.” Ali tidak setuju.

“ Lah, salahnya sendiri dong, tiga hari tidak ngantar air tanpa pemberitahuan lagi.” Rio mempertahankan pendapatnya.

“ Ali, kamu ga usah sok baik lah, tuh bibir kamu udah membiru seperti korban gigitan kalajengking.” Tanpa berperasaan Rendy menyemprot Ali, Ali hanya diam sambil meraba-raba bibirnya. Bibirnya yang diraba, tapi hatinya yang sakit bukan main.

“ Oke, kita kan belum tahu alasan tukang galon itu apa, jangan ngambil keputusan dong kalau belum jelas sebabnya, bisa aja kan tukang galonnya sakit atau ada keperluan lain.” Ali berargumen disambut dengan anggukan Rio.

“ Tapi kalaupun sakit, harusnya ada yang mewakilinya, jangan kita yang dijadikan korban kayak gini.” Rendy masih pada pendiriaannya.

“ jangankan wakilnya, Hpnya aja ga pernah diaktika,” Rio menyela“ Baiklah, aku punya usul, kita tunggu dia sampai sore, kalau ga datang juga, kita pindah langganan.” Tambahnya.

“ Baiklah.” Rendy menyetujui, sedang Ali hanya diam. Belum tahu apa sikap yang harus diambilnya.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Sore langit nampak mendung, awan hitam menggelayut, Rio memasang muka jengkel, pikirnya bisa saja tukang galon ga datang karena alasan akan hujan. Sedang Rendy mondar-mandir didepan kamarnya menunggu kedatangan sang tukang galon. Ali sendiri hanya tidur-tiduran di kamar, sambil memikirkan bagaimana nasib tukang galon langganannya kalau dia tidak datang sore ini, Rio dan Rendy tak mungkin main-main dengan keputusannya.

Dari kejauhan, terdengar suara motor yang menderu, suaranya sudah akrab dengan telinga mereka semenjak satu tahun yang lalu. Ali yang didalam kamar langsung bangkit dengan segunjing senyum, bersyukur tukang galon datang. Rendy menatap lelaki yang baru turun dari motornya itu dengan tatapan dingin, perasaan jengkelnya kembali menyeruak.

“ Sore dek.” Sapa laki-laki itu dengan ramah sambil membungkukkan sedikit badannya.

“ Sore.” Rendy tetap dingin.

“ Pak, kami sudah mau berhenti langganan.” Ucap Rio tiba-tiba membuat tukang galon kaget, Rio sangat jengkel, ternyata kedatangannya bukan untuk mengantar air, Cuma mau mengambil gaqlon saja. itu dibuktikan dia hanya membawa galon kosong.

“ Kenapa begitu dik?” tanyanya pias.

“ Tidak tahu diri lagi, bapak itu tidak datang selama tiga hari.” Suara Rio meninggi, jengkel semakin menderanya, kenapa bisa tukang galon itu tidak mengetahui kesalahannya, itu kan namanya tidak tahu diri.

“ Tapi..”

“ Tapinya ga dipakai sekarang pak.” Rendy nimbrung dengan suara ce,pengnya yang meninggi. mendengar sedikit ribut, anak kos sebelah juga pada berdatangan sambil membawa galon seperti orang mau demo.

“ Asal bapak tahu, bukan Cuma kami yang mau berhenti langganan, tapi semua anak kos disini juga.” Rio menambahkan.

“ Iya pak, kami mau berhenti langganan.” Arif, mahasiswa berpostur tinggi bersuara disambut dengan teriakan setuju oleh teman-temannya.

“ Tenang teman-teman, kita kan belum tahu alasan tukang galon sampai-sampai dia tidak mengantar air, kali aja dia berhalangan.” Ali menengahi.

“ Apa alasannya pak?” Dede ikut bersuara, dia menatap tukang galon dengan tatapan teduh, Dede menggelintir jenggot tipisnya.

“ Saya pulang kampung dik.” Jawabnya sambil menunduk.

“ Uh…, Cuma pulang kampung ternyata kita jadi korban.” Teriak Arief sambil memukul-mukul galon yang dibawanya. Sedang Rio sudah kehilangan kendali, dia mengacungkan kepalan tepat di depan tukang galon itu, membuat lelaki itu meloncat ke belakang karena kagetnya.

“ Arief, kamu diam!! Kamu juga Rio harus jaga sikap, harus meredam amarah! Kita mau tahu, kenapa bapak ini pulang, bisa saja kan ada urusan keluarga yang mendadak,” Lagi-lagi Ali membela tukang galon, “ pak, tolong jelaskan pada mereka kenapa bapak pulang kampung.” Mendengar pertanyaaan itu tukang galon menunduk, mungkin dia merasa ditelanjangi oleh anak kosan ini atau merasa dihakimi.

“ Saya pulang kampung, karena…karena,” Dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya, kerongkongannya terasa kering, dia coba menatap mata Ali kemudian Dede, ada ketenangan yang dia dapat disana, lain halnya dengan Arief, bukan ketenangan, tapi keresahan yang muncul, “ Karna…ayah meninggal.”

Semua yang mendengarnya terdiam, Arief terdiam, ada rasa penyesalan yang membelenggu hatinya hingga galon yang tadi dipegangnya kuat-kuat kini lepas dan jatuh, Rendy sudah dibanjiri oleh air mata seraya memeluk tukang galon, mereka semua berebutan memeluk dan meminta maaf.

“ Innalillah…” Ucap Ali sembari bersandar di dinding, hatinya begitu sesak menyesali perlakuan teman-tamannya, mereka telah mendzolimi orang yang sedang berduka, harusnya dihibur, tapi malah dicaci maki.

“ Maafkan kami yah pak.” Rio kembali normal. sebenarnya dia itu orangnya lembut, tapi entah setan apa yang merasukinya hingga dia bisa sekejam tadi, dia sendiri malu dengan sikapnya.

“ Tidak apa-apa dek, oh iya saya harus pulang sekarang, dah malam.” Jawabnya sambil mengambil galon yang berserakan di depan kamar.

“ Bapak masih datang besok kan?” tanya arief disertai anggukan dari teman-temannya.

“ Kalian kan sudah tidak mau langganan lagi.”

“ Kami masih mau pak, datang yah pak!”

“ Baiklah!”

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Setelah kejadian itu, mereka tambah akrab dengan tukang galon, kalau dia datang mengantar air mereka biasa memanggilnya untuk ngopi dulu, bahkan baru-baru ini mereka rekreasi di Tanjung Bunga.

Dan hari ini mereka sibuk menyiapkan kejutan buat tukang galon, pasalnya hari ini adalah hari ulang tahunnya. Rio rela mencongkel tabungannya demi membeli baju untuk tukang galon, Rendy membeli perlengkapan sekolah buat anak tukang galon yang katanya sudah mau masuk SD tahun ini, Ali memberikan buku kesayangannya, sedang anak kosan sebelah menyiapkan acaranya.

Suara motor itu terdengar didepan rumah, mereka sudah siap dengan kejutannya, Ali bersembunyi di belakang pintu sambil memegang hadiah yang akan diberikan, Rendy keluar untuk menyambut tukang galon dan mempersilahkannya masuk, sedang yang lain kumpul di kamar tempat acara.

Dan…ketika Rendy masuk bersama tukang galon, mereka sudah menyerbu membuat laki-laki usia empat puluh tahun itu kaget.

“ Ada apa ini?” tanyanya.

“ Hari ini bapak ulang tahun, kami hanya bisa persembahkan ini buat bapak.” Ali mendekapnya.

“ ha? Ulang tahun?” Laki-laki itu bertanya kembali, baru kali ini dia merasakan yang namanya ulang tahun.

“ Iya..selamat Ulang tahun saudaraku.” Suara Dede pelan, membuat air mata tukang galon menetes.

“ Terima kasih.” Ucapnya dalam tangis.

Dengan air mata yang terus mengucur sang tukang galon meniup lilin. Hatinya begitu terenyuh mendapat persembahan yang begitu mengagetkan dari anak kos langganannya. Jujur, baru kali ini dia merasakan yang namanya ulang tahun, dan sebenarnya yang membuat dia sangat terharu, kok bisa-bisanya mereka merelakan sebuah persembahan untuknya? Bukankah mereka berbeda keyakinan? Hatinya terus bertanya.

“ Dik kenapa kalian lakukan semua ini, bukankah kita berbeda keyakinan?” Tanyanya sambil menatap wajah Dede. Yang ditatap hanya tersenyum kecil, wajahnya yang putih bersih begitu menentramkan hati yang memandangnya.

“ Itulah ajaran agama kami pak, saling berbuat baik kepada sesama walaupun dia beda agama.” Dede menepuk pundak sang tukang galon.

“ Jangan salah pak, Nabi kami pernah menyuapi orang yahudi yang sudah tua renta dan buta.”

“ Hem…kalian telah mengajariku banyak hal anak muda.” Kata tukang galon dengan suara sendu.

“ Bapaklah yang banyak mengajari kami tentang arti sebuah kesabaran dalam getirnya hidup, dari bapak pula kami mengerti perjuangan seorang ayah untuk anaknya.” Arief bersuara.

Kamar yang sempit itu terasa sangat lapang karena melihat wajah para penghuninya yang menyejukkan hati, dengan tutur kata yang terbingkai dengan indah mengalun dan membuai telinga bagi yang mendengarnya. Sang tukang galon yang miskin itupun menjadi saksi hidup atas keindahan dan cinta yang ditebarkan oleh Dede dan kawan-kawannya.

“ Kami sekali lagi kami minta maaf yah pak?” Ucap rendy sambil menyerahkan sebuah bingkisan warna biru muda.

“ Terima kasih anak-anakku.” Lagi-lagi tukang galon dibanjiri air mata haru.

selesai

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template