1.23.2009

Desiran Hati yang Hilang

Ring tone hape ku mengalun membuat aku yang tadinya sudah melayang ke alam mimpi terbangun kembali. Sambil menguap dan mengucek mata kubuka SMS yang masuk. Mataku sedikit terbelalak melihat nama yang tertera di layar Hp ku. Fitri? Gadis itu mengirim SMS padaku?

Asslm. Ri, pa kbr. lama nih ga ketemu. Bsk ada acara di rmh Lisa. Km datang yahh!! f3

rasa ngantuk yang tadinya mendera hilang seketika. Wah pengaruh sms dari Fitri hebat juga. Langsung saja kubalas smsnya

wslm. Kbr baik. Km gmn? Iya sy usahakan datang.

Awas loh kalo ga dtg! Kbrku baik. Udah yah! Mau tdr nieh!

Smsan pun usai. Aku terdiam sejenak, mengingat gadis yang baru saja kutemani sms-an. Fitri? Nama yang sudah lama terukir dihatiku, tapi lambat laun terkubur oleh kesibukan kuliah dan organisasi. Sekarang secara tiba-tiba nama itu muncul kembali menebarkan bunga-bunga cinta yang begitu wangi. Menggetarkan hati dengan desiran-desiran halus. Ah…indah.
Rasanya ingin kuberlari menyongsong pagi dan meninggalkan malam dengan hiasan gugusan bintangnya. Tapi waktu berjalan dengan lambat menimbulkan kejengkelan bagi sang pangeran yang sedang menanti saat-saat paling indah. Lagu jangkrik di alam luar menimbulkan kesunyian yang begitu mendalam. Nyanyian yang begitu sendu membangkitkan jiwa melankolis untuk menjamah dunia khayal. Dan yah…dunia khayal yang begitu menyenangkan dengan segala kemustahilan yang tercipta. Dinda, apa kabar kau disana. Kukirim salam lewat angin malam yang begitu menyengat. Biarlah kesunyian ini yang menggambarkan betapa hati ini merinduimu. Entah kenapa kata-kata itu keluar dari mulutku sebelum aku terlelap bersama sejuta mimpi. Bintang mengintipku sambil menari bersama rembulan.

>>>>

jam delapan malam, aku tiba di rumah Lisa. Alangkah gembiranya bisa bertemu dengan teman-temanku. Setelah lama berpetualang dengan kesibukan masing-masing, akhirnya di malam tahun baru ini kami bertemu kembali. Yah semacam reunian. Di malam tahun baru ini kembali mulut kami berceloteh tentang masa lampau. Masa yang terindah saat seragam putih abu-abu menjalani masa remajanya. Mencari jati dirinya dengan berbagai cara.

“ Hei..kamu tambah cakep aja. Tapi sayang tinggi badan kamu tidak bertambah.” Sapa Nia pada shaleh. Yang disapa Cuma nyengir disambut oleh cekikikan teman-teman yang lain.

“ Ari…kok tidak ngajak cewek kamu sih.” Lagi-lagi Nia.

“ kan udah ada kamu.” Jawabku tersenyum, Alhasil wajah Nia merah karena menahan malu. Ah malu apa senang? He.he..Nia pernah naksir aku waktu masih SMA dulu.

Kulirik jam tanganku, sudah satu jam berlalu tapi yang ditunggu belum juga muncul. kemana Fitri? Aku mulai resah.

‘ Hei..Ri!” Suara itu mengagetkanku

“ Eh..Lisa. pa kabar kamu?” Tanyaku dengan ekspresi kaget. Yang ditanya malah tersenyum lebar.

“ Baik..kamu kok kelihatan gelisah?” Tanya gadis cantik berjilbab itu.

“ Entahlah! Ngomong-ngomong Fitri dimana?”

“ Oww..a..aku tidak tahu. Entar juga datang kok.” Jawabnya sedikit tergagap. Aku bisa menebak kenapa gadis yang anti pacaran itu tergagap ketika aku menanyakan tentang sohibnya. Karena dia tahu aku punya perasaan pada teman aktivisnya di Rohis dulu. Saat itu fitri menolak aku. Untuk pertama kalinya aku ditolak oleh seorang gadis.

“ Maaf Ri! Tidak ada kamus pacaran dalam hidupku. Aku ingin menjadi orang pertama yang mencintai suamiku nanti dan begitu pula sebaliknya.” Kata Fitri waktu itu. Dan saat itu pula aku menaruh simpati padanya. dan sampai sekarang rasa itu masih ada. Tidak salahkan kalau aku mencintai seseorang karena kesholehannya?

“ kamu kenapa Lisa? Kok kelihatan gugup gitu?” Tannyaku

“ Em gak! Saya sudah tidak pernah ketemu Fitri lagi.” Jawabnya. Kulihat wajahnya pias.

“ Oh..gitu! moga aja dia datang sebentar agar kalian bisa bertemu lagi.”

“ Semoga”

>>>>

Ah,,bagaimana dengan Fitri sekarang? Kubayangkan dia datang dengan jilbabnya yang lebar dan rapi. Baju kurung biru kesukaannya . wajahnya pasti makin ayu. Aduh...jadi deg-degan nih. Dan yang dinanti pun datang.

“ Ari…” teriak seorang gadis dengan suara cemprengnya sambil melambaikan tangan ke arahku. Karena melihat gadis itu aku jadi mengerutkan kening. “ Siapa yah?” Tanyaku dalam hati sebelum gadis itu menghampiriku. Dan ketika jaraknya semakin dekat. Aku seolah tertohok, kaget tak terkira. Cewek dengan busana sexy itu adalah Fitri? Tidak mungkin! Tapi ketika gadis itu berdiri didepanku, aku tak bisa mengelak lagi. Itu adalah Fitri!

Kulihat sekelilingku. Semuanya terdiam memandangi kami. Mungkin mereka heran melihat perubahan yang terjadi pada gadis berlesung pipi itu. Lisa menatapku dalam-dalam. Disana ada mata yang berkaca melihat perubahan teman seperjuangannya, aku tahu ini sangat menyakitkan baginya.

“ Ari!” Tegur Fitri melihatku terbengong

“ Eh..iya. ada apa?” Jawabku

“ kenapa kamu bengong?”

“ kamu kok berubah seperti ini?” Tanyaku ambil menunjuk pakaian yang ia kenakan.

“ Semua orang bisa berubah Ri! Dan inilah aku!” Katanya tanpa ragu

“ Terus terang aku kecewa dengan kamu.” Kataku tanpa melihatnya

“ Ga usah kecewa seperti itu dong Ri!”

“ Ok! Aku mau pulang sekarang.” Aku berdiri dari tempat dudukku dan beranjak pergi.

“ Jangan dulu, ada sesuatu yang ingin aku dengar dari kamu.”

“ Oke! Aku tidak suka dengan perubahan kamu.” Kataku dengan emosi. “ Hanya ini yang kamu mau perlihatkan padaku dan teman-teman. Tentang perubahan gila kamu! Hingga aku bela-belain menunggu kamu. berharap kamu datang dengan cahaya taqwa itu, tapi ternyata kamu datang dengan bertanduk.” Makiku

“ Terserah kamu Ri! Bukan itu maksudku memanggilmu kesini. Aku hanya ingin mendengar kata yang pernah kau ucapkan dulu. Kamu bilang kamu suka aku. Tapi kenapa kau menyakitiku seperti ini?” katanya

“ Maaf Fit. Tidak ada kamus pacaran dalam hidupku. Bukankah kamu yang mengajariku seperti itu? Yang akan kucintai sebagai kekasih adalah istriku nanti.” Ucapku tanpa sadar aku melirik ke arah Lisa yang sedang berada didekatku. Dia bermaksud melerai kami. Lisa hanya menunduk. Maafkan aku Lisa. Aku tidak bermaksud.

“ Jadi?”

“ kamu sendiri yang menjatuhkan izzahmu di mataku. Selamat tinggal Fit. Saya harap kamu kembali ke jalanNya.” Aku melangkah dengan cepat meninggalkan Fitri yang terisak. Tak terasa ada butiran yang jatuh dari retinaku. Bulir hangat itu mengalir perlahan membuktikan sakit hati yang mendera. Penantian selama tiga tahun telah hancur.

>>>>

Kupacu motorku meninggalkan rumah Lisa, menerobos pekatnya malam. “ Aku benci…..fitri.” Teriakku sambil terisak. Suaraku beradu dengan deru kendaraan di jalan raya. Hapeku bergetar di saku celanaku. Segera kumenepi.

Kamu mau tahu kenapa aku berubah? Itu karena aku sudah ternoda. Dan suamiku menginginkan aku seperti ini. ini salahku! Semua salahku!

Kembali hatiku remuk. Bulir bening itu kembali terjatuh meratapi semua yang terjadi. Ada rasa iba yang muncul setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Fitri. Segera kupacu kendaraanku kembali ke rumah Lisa. Adakah desiran hati itu yang membawaku kembali? Ataukah hanya rasa iba?

“ Fitri…” nama itu dengan ringan kupanggil.

“ Ari…maafkan aku!”

“ Ada apa denganmu? Kenapa ini semua terjadi?”

“ Aku yang salah. Aku tak mendengar kata-kata Lisa.” Ucapnya dalam tangis.

“ Fit…kita pulang sekarang!” Suara serak itu membuatku menoleh, dan kudapati Edo tersenyum sinis.

“ Sudah lah Ri! Ini bukan masa SMA lagi. Orang yang kau ajak bicara itu adalah istri orang.” Kata Edo. Rahangku mengeras tapi tak bisa berbuat apa-apa. Dan fitri berlalu didepanku menuju suaminya.

“ Hati-hati Fit! Jangan lupa salat lima waktunya.” Pesanku, walau kutahu kecil kemungkinan itu akan dilakukannya. Jika benar dia telah ikut suaminya yang atheis itu.

Kakiku terasa tak berpijak di bumi ketika melihat fitri melambaikan tangannya. Dapat kulihat air matanya yang tumpah membasahi bumi. Adakah itu air mata penyesalan?

>>>>>

Setelah kejadian itu, aku terbaring sakit. Sudah satu minggu aku terbaring tak berdaya. Dadaku benar-benar sesak. Dan hari ini Lisa datang menjengukku.

“ Semoga kamu cepat sembuh. Kamu yang sabar yah!” Katanya

“ Makasih yah! Bagaimana kabar fitri?”

“ Saya kurang tahu. Apakah perasaan itu masih ada?” Tanyannya

“ Tidak! perasaan itu telah hilang.” Jawabku sambil memalingkan wajah. Apakah desiran hati itu benar-benar sudah hilang?

>>>>

Setelah Lisa pergi. Aku kembali merenungi semua kejadian itu. Daus yang duuk di dekatku memijit-mijit keningku. Dan renunganku buyar ketika kudengar suara pintu diketuk. Daus segera beranjak untuk membukakan pintu.

“ Siapa Daus?” Tanyaku dari dalam kamar, tapi Daus tidak menjawab. Bahkan ia masuk kamar dengan muka pucat.

“ Siapa?” tanyaku lagi

“ Saya Ri! Fitri.” Kudengar suara itu di belakang Daus. Dan muncul Fitri dengan tampilan yang berbeda. Kali ini dia kembali mengenakan pakaian taqwa itu. Kerudung lebar dan rapi serta baju kurung biru kesukaannya. Dia tersenyum kepadaku.

“ kamu?”

“ Iya. Aku ingin kembali ke jalan yang benar.”

“ Alhamdulillah.”

“ Ri! Apakah dengan begini kamu kembali cinta padaku?” tanyanya sendu. Ada segores luka yang menancap pada bekas luka yang sama.

“ Saya kira kamu melakukannya karena Allah, tapi ternyata bukan. Perasaan itu tidak mungkin hadir kembali.” Tegasku dengan nada amarah.

“ Aku benci kamu!” teriaknya sambil berlari keluar kamar. Biarkan dia pergi bersama hilangnya desiran itu.

>>>>


0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template